KOMPAS.com - Gejala tantrum yang normal bisa ditunjukkan dengan perasaan marah, kesal, atau teriakan si kecil untuk mengekspresikan kemarahannya.
Normalnya, tantrum terjadi ketika anak merasa lelah, frustrasi, atau pada momen tertentu, misalnya ketika disuruh mandi atau mendapat dilarang mengonsumsi camilan.
Akan tetapi, beberapa anak mungkin menunjukkan tantrum yang berlebihan atau tidak normal, sehingga perlu mendapat perawatan atau terapi untuk mengendalikan emosinya.
Artikel ini akan membahas ciri atau tanda-tanda tantrum yang tidak normal pada anak.
Baca juga: Mengenal Tantrum pada Balita, Gejala, Penyebab, sampai Pencegahannya
Untuk mengidentifikasi tingkat keparahan tantrum pada anak, orangtua perlu mengamati frekuensi, durasi, konteks, tingkat agresi atau kemarahan, serta pemicunya.
Disarikan dari NYTimes dan WebMD, berikut gejala tantrum yang tidak normal pada anak:
Semua anak mengalami tantrum. Namun, orangtua perlu khawatir jika anak Anda mengalami tantrum yang parah hampir setiap hari atau 10-20 kali dalam sebulan.
Memiliki frekuensi tantrum yang sering bisa menjadi tanda tantrum yang tidak normal pada anak, sehingga orangtua perlu berkonsultasi pada psikolog klinis atau dokter.
Tantrum yang normal biasanya berakhir atau mereda dalam 5-10 menit setelah anak ditenangkan orangtuanya. Namun, pada kondisi yang tidak normal, si kecil bisa menunjukkan ledakan amarahnya hingga 20-30 menit.
Amukan lebih dari 30 menit bisa menjadi tanda anak mengalami masalah kesehatan mental yang membuat ledakan marahnya lebih lama dan konstan.
Agresi atau tingkat keparahan tanrum pada anak memang berbeda-beda. Umumnya, saat tantrum seorang anak mungkin melempar mainannya atau membanting pintu sebagai pelampiasan dari kemarahannya.
Namun, ketika mengalami tantrum yang tidak normal, si kecil mungkin memiliki keinginan besar untuk memukul, menendang, atau menggigit orang di sekitarnya. Beberapa anak bahkan menunjukkan emosinya dengan menoba menyakiti dirinya sendiri.
Anak-anak yang menunjukkan kemarahannya dengan tindakan fisik bisa mengalami mood disorders atau gangguan mood.
Baca juga: 8 Penyebab Tantrum pada Anak, Termasuk Masalah Kesehatan Mental
Si kecil biasanya mengamuk di depan orangtua atau keluarganya karena dia memercayai ayah dan ibunya, serta merasa aman.
Tantrum umumnya juga dipicu karena masalah atau konteks tertentu yang membuatnya frustrasi, seperti ditegur ayah dan ibu, mendapat penolakan, atau diabaikan orangtua.
Namun jika anak tantrum di depan orang lain, di tempat umum, dan tanpa alasan yang jelas, orangtua sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog.
Tantrum yang tidak normal atau amukan yang parah bisa menjadi tanda masalah kesehatan mental, seperti:
Baca juga: 7 Langkah Sederhana Mengatasi Tantrum pada Balita
Tantrum adalah kondisi normal pada proses perkembangan anak. Sebuah penelitan bahkan menunjukkan sebagian besar anak mengalami tantrum satu kali dalam sepekan.
Namun, jika anak sering mengamuk, cenderung merusak barang dan menyakiti orang lain, hingga gagal mengelola emosinya, itu bisa menjadi tanda-tanda tantrum yang tidak normal.
Jika si kecil menunjukkan gejala tantrum yang tidak normal, orangtua tak perlu ragu untuk membawa anaknya berkonsultasi dengan dokter atau psikolog.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.