KOMPAS.com - Melihat balita mengamuk saat sedang tantrum seringkali membuat orangtua merasa frustrasi.
Tantrum atau dalam istilah psikologi disebut sebagai temper tantrum, diartikan sebagai perilaku marah pada anak-anak, biasanya terjadi pada usia pra sekolah atau di bawah lima tahun (balita).
Saat mengalami tantrum, si kecil bisa berteriak, menangis, meronta-ronta, berguling-guling di lantai, menumpahkan makanan atau minuman, hingga melempar barang.
Baca juga: Apakah Tantrum Normal Terjadi pada Anak?
Meledaknya emosi si kecil umumnya akibat dari kebutuhan atau keinginan yang tidak terpenuhi.
Diketahui, otak si kecil masih dalam tahap perkembangan, sehingga kemampuan mereka untuk memahami, mempelajari, dan menerima hal-hal baru sangat terbatas.
Kurangnya pemahaman akan kosakata untuk untuk mengekspresikan diri juga menambah kemarahan atau frustrasi si kecil. Dalam kondisi ini, anak-anak tentu membutuhkan peran dan bantuan dari orangtua.
Alih-alih frustrasi atau ikutan emosi, orangtua ternyata dapat menghela napas dan mengatasi kondisi si kecil yang sedang tantrum dengan beberapa langkah sederhana berikut.
Ketika si kecil mulai menunjukkan emosinya, beberapa orangtua mungkin ingin segera meredakan amarah anak. Kondisi seperti ini biasanya justru membuat si buah hati semakin marah.
Alih-alih memaksa anak untuk tenang, orangtua dapat bertanya aktivitas mana yang lebih mereka sukai.
Hal ini dapat merangsang otak si kecil untuk berpikir dan memicu pelepasan hormon dopamin (perasaan baik).
Hormon tersebut dapat mengurangi stres dan meningkatkan minatnya pada objek atau peristiwa yang baru disajikan.
Sebagai contoh, saat anak tidak ingin makan malam, alih-alih memaksanya, orangtua dapat meminta si kecil untuk memilih menyantap daging atau sayuran terlebih dahulu.
Baca juga: 5 Cara Hadapi Anak Tantrum, Orangtua Wajib Tahu
Ketika periode tantrum dimulai, seorang balita dibanjiri emosi yang mengendalikan otak mereka. Kondisi ini tidak dapat dihadapi dengan penalaran ala orangtua.
Hal yang diperlukan para ayah dan ibu adalah menerima emosi si kecil dan tetap berada di sampingnya selama periode tantrum.
Saat anak rewel, menangis, atau mengutarakan emosinya dengan meletup-letup, jangan paksa mereka untuk menjelaskan kondisinya. Pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan kemungkinan membuat mereka semakin kesal.