Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
dr. Andi Raga Ginting, M.Ked, Sp.PD, K-R
Dokter

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi

Dari Reumatik ke Artritis Reumatoid: Membedah Istilah dan Realitas Penyakit

Kompas.com - 01/10/2023, 15:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KETIKA mendengar kata "reumatik," apa yang pertama kali terlintas di benak Anda? Bagi banyak orang, reumatik dianggap sebagai nyeri sendi atau radang sendi yang sering dialami oleh orang tua.

Namun, apakah Anda tahu bahwa istilah "reumatik" sebenarnya mencakup berbagai kondisi, dan Artritis Reumatoid (AR) hanya salah satunya?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, reumatik adalah orang yang terkena reumatisme.

Reumatisme atau penyakit reumatik memiliki pengertian sebagai penyakit yang ditandai rasa nyeri atau radang pada otot, sendi-sendi atau jaringan-jaringan badan.

Berdasarkan CDC (Centers for Disease Control and Prevention), penyakit reumatik merujuk pada peradangan sendi atau berbagai kondisi yang melibatkan sendi, tendon, otot, ligament dan tulang.

Ini termasuk lebih dari 200 kondisi berbeda, mulai dari osteoartritis, lupus, dan tentu saja, Artritis Reumatoid.

Namun, karena AR adalah salah satu bentuk reumatik yang paling umum, banyak yang mengira bahwa reumatik dan AR adalah hal sama.

Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun, di mana sistem imun dalam tubuh seseorang salah mengenali dan menyerang sel tubuhnya sehingga menimbulkan inflamasi pada sel tubuh terkait.

Beberapa faktor juga diduga meningkatkan risiko terhadap artritis reumatoid seperti:

1. Usia. Artritis reumatoid dapat dijumpai pada usia berapapun, namun risiko akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Gejala umumnya dijumpai pada usia di antara 30 tahun hingga 60 tahun.

2. Jenis kelamin. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada wanita sebanyak dua hingga tiga kali dibandingkan dengan pria.

3. Genetik. Gen spesifik tertentu yang dijumpai pada tubuh seseorang meningkatkan risiko terhadap timbulnya artritis reumatoid. Gen yang dimaksud adalah HLA (Human Leukocyte Antigen) kelas II.

4. Obesitas. Studi juga menunjukkan semakin bertambah berat badan seseorang, maka semakin tinggi risiko terhadap artritis reumatoid dan dapat memperburuk gejala.

5. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang diduga meningkatkan risiko artritis reuamtoid adalah paparan asap rokok dan polusi udara.

Gejala artritis reumatoid dapat ditandai adanya kekakuan yang dapat dijumpai terutama pada pagi hari dan dapat berlangsung selama 1 hingga 2 jam. Umumnya keluhan kaku ini akan membaik seiring dengan dimulainya aktivitas.

Gejala yang sering dijumpai adalah adanya peradangan disertai bengkak dan nyeri pada berbagai sendi secara simetris. Sendi yang terlibat umumnya adalah bagian jari tangan, pergelangan tangan dan lutut.

Gejala lain yang juga dapat dijumpai adalah penurunan berat badan, demam, kelelahan serta kelemahan.

Pada penyakit artritis reumatoid, bagian yang melapisi sendi biasanya mengalami peradangan sehingga menyebabkan kerusakan pada sendi.

Kerusakan sendi yang berkepanjangan dapat menimbulkan nyeri kronis, ketidakseimbangan ketika berjalan serta perubahan bentuk pada sendi atau deformitas.

Selain persendian, penyakit ini juga dapat menimbulkan kerusakan pada organ-organ lain seperti jantung, paru, dan mata.

Diagnosis penyakit artritis reumatoid harus dilakukan oleh dokter yang ahli di bidangnya, yaitu dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi.

Hal ini penting mengingat tanda dan gejala dari penyakit ini tidak spesifik dan juga dapat dijumpai pada penyakit reumatik lainnya.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan, pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologi (bila diperlukan).

Ketika berbicara tentang artritis reumatoid, istilah flare dan remisi akan sering terdengar.

Flare didefinisikan sebagai kondisi perburukan penyakit yang menyebabkan perubahan atau peningkatan dosis terapi, sedangkan remisi didefinisikan sebagai kondisi di mana tanda dan gejala tidak dijumpai serta penyakit terkendali.

Setelah terdiagnosis dengan artritis reumatoid, tujuan pengobatan adalah menurunkan proses inflamasi, mengurangi gejala serta mencegah kerusakan pada daerah persendian.

Tujuan pengobatan tersebut dapat dicapai dengan target mengontrol aktivitas penyakit mencapai remisi atau aktivitas penyakit rendah.

Pengobatan artritis reumatoid terdiri dari:

1. Disease modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARDs) konvensional
2. Agen biologis
3. DMARDs sintetik targeted
4. Kortikosteroid
5. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)

DMARDs bekerja dengan cara menekan sistem imun tubuh untuk membantu menurunkan proses inflamasi dan laju perkembangan penyakit.

Pemilihan pengobatan ini harus didasarkan pada keputusan bersama antara pasien dengan dokter. Setelah pemilihan obat dilakukan, selanjutnya penggunaan obat secara rutin harus di bawah pengawasan dokter secara ketat.

Apabila target pengobatan belum tercapai atau muncul efek samping akibat pengobatan, pasien dapat melaporkannya kepada dokter sehingga dapat dilakukan pemilihan obat jenis lainnya yang sesuai untuk kondisi pasien.

Evaluasi dan kontrol berkala merupakan kunci penting untuk mengontrol aktivitas penyakit serta menurunkan risiko kerusakan permanen terhadap sendi.

Selain meminum obat secara teratur, fisioterapi dan latihan fisik secara bertahap juga dianjurkan. Latihan yang dianjurkan adalah latihan aerobik dan latihan fisik yang meliputi fleksibilitas dan ketahanan fisik.

Dalam penanganannya, kolaborasi antara dokter dengan pasien sangat penting agar mencapai remisi atau aktivitas penyakit rendah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com