Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bayushi Eka Putra
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Cardiology and Vascular Medicine Resident in National Heart Centre Harapan Kita

Hipertensi: Mengapa Penting Diobati?

Kompas.com - 14/11/2023, 12:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HIPERTENSI yang juga dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner. Kondisi serius yang dapat berujung pada serangan jantung dan kematian.

Penelitian menunjukkan bahwa deteksi dini, monitoring rutin, dan tata laksana yang efektif dapat mengurangi risiko secara signifikan.

Hubungan hipertensi dan penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner terjadi ketika arteri yang menyuplai darah ke jantung menyempit akibat penumpukan plak.

Hipertensi dapat mempercepat proses ini dengan meningkatkan tekanan pada dinding arteri, yang menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah (pembuluh darah di jantung, otak, hingga di lengan dan kaki) dan berakibat dengan terjadinya penumpukan plak di dalam pembuluh darah arteri.

Menurut studi dalam Journal of the American College of Cardiology, hipertensi tidak terkontrol meningkatkan risiko penyakit jantung koroner hampir dua kali lipat.

Tindakan paling simpel dan paling ideal adalah dengan melakukan deteksi dini hipertensi. Deteksi dini hipertensi adalah kunci dalam pencegahan penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangat penting, terutama bagi individu berusia di atas 40 tahun atau mereka dengan faktor risiko lain seperti riwayat keluarga, obesitas, atau diabetes. Bahkan, akan lebih baik bila orang yang lebih muda melakukannya.

The Lancet melaporkan bahwa pengukuran tekanan darah rutin dapat mengurangi insiden penyakit jantung koroner secara signifikan.

Setelah didiagnosis, monitoring dan pengelolaan hipertensi harus dilakukan secara teratur. Ini termasuk perubahan gaya hidup seperti diet rendah garam, peningkatan aktivitas fisik, dan pengendalian berat badan.

Penggunaan obat antihipertensi juga penting, seperti yang direkomendasikan oleh American Heart Association.

Studi dalam New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa pengelolaan hipertensi yang efektif dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner hingga 50 persen.

Tatalaksana hipertensi untuk pencegahan penyakit jantung koroner melibatkan kombinasi pengobatan dan perubahan gaya hidup.

Pengobatan dapat mencakup obat. Selain itu, manajemen stres, berhenti merokok, dan pengurangan konsumsi alkohol juga menjadi sangat penting dalam mengurangi tekanan darah dan risiko penyakit jantung koroner.

Hah? Stres bisa bikin darah tinggi? Tentu saja. Gangguan kesehatan mental dan kondisi stres tentu berdampak pada terjadinya darah tinggi dan penyakit jantung koroner.

Hipertensi adalah kondisi yang sering tanpa gejala, namun berbahaya. Deteksi dini, monitoring rutin, dan tatalaksana yang efektif adalah kunci dalam mencegah penyakit jantung koroner.

Melalui pendekatan yang komprehensif, kita dapat mengurangi beban penyakit jantung koroner dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Mulai dari sekarang, tanpa tunggu nanti!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau