Enterotoksin terdiri atas tiga jenis yaitu hemolysin BL (Hbl), non-hemolytic enterotoxin (Nhe) dan single protein cytotoxin K (CytK).
HBL tersusun atas tiga kompleks protein, yaitu L1, L2, dan B yang masing-masing dikode oleh gen hblD, hblC, dan hblA. Berat molekul L1, L2, dan B masing-masing adalah 45, 36, dan 35 kDa.
Uji pada kelinci menunjukkan bahwa enterotoksin Hbl menyebabkan hemolisis (lisis sel darah merah), permeabilitas pembuluh darah, nekrosis kulit dan retina mata serta peradangan.
Selain itu Hbl menyebabkan akumulasi cairan sebagai penyebab diare. Hbl diproduksi oleh sekitar 45-65 persen galur B. cereus.
Enterotoksin Nhe memiliki tiga komponen protein yaitu NheA, NheB, dan NheC, masing-masing dikode oleh gen nheA, nheB, dan nheC dengan berat molekul masing-masing adalah 41; 39,8; dan 36,5 kDa.
Uji Nhe pada sel kultur Vero menunjukkan toksin Nhe bersifat sitotosik. Sekitar 92-100 persen galur B. cereus menghasilkan enterotoksin Nhe.
Hal ini menunjukkan bahwa Nhe merupakan enterotoksin utama pada B. cereus sebagai penyebab sindrom diare.
Enterotoksin Cytotoxin K (CytK) pertama kali diidentifikasi hanya dihasilkan oleh B. cereus galur NVH391/98.
Cytk merupakan toksin yang bersifat sitotoksik, nekrotik dan hemolitik dan menyebabkan wabah keracunan makanan parah di Perancis tahun 1998.
CytK merupakan protein tunggal yang dikode oleh gen cytK. CytK terdiri atas dua bentuk yaitu CytK-1 dan CytK-2 dengan kemiripan urutan asam amino sekitar 89 persen.
CytK-1dan CytK-2 bersifat hemolitik, dermonekrotik (nekrosis kulit) dan membentuk pori pada lapisan lipid. Toksisitas CytK-1 pada sel-sel epitel manusia lebih tinggi dibandingkan CytK-2.
Sekitar 90 persen galur B. cereus menghasilkan toksin CytK yang tahan terhadap panas dan pengaruh deterjen sodium dodecyl sulfate (SDS).
Endospora merupakan struktur khusus yang dihasilkan oleh beberapa bakteri sebagai mekanisme pertahan diri terhadap kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk pertumbuhan bakteri seperti kekurangan nutrisi.
Endospora bakteri tersusun atas lima lapisan, yaitu core (inti), membran dalam atau membran sitoplasma, korteks, membran luar dan pelindung spora (spore coat).
Endospora sangat tahan terhadap panas dan radiasi. Endospora akan tumbuh menjadi sel vegetatif (disebut proses germinasi) jika faktor linkungan mendukung.
Pada beberapa bakteri seperti B. cereus, sel vegetatif dengan jumlah cukup mampu menghasilkan toksin yang dapat menyebabkan keracunan.
Tahap preparasi makanan yang tidak tepat meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri B. cereus pada makanan.
Metode yang benar diperlukan untuk mencegah wabah keracunan makanan yang disebabkan oleh B. cereus.
Beberapa metode efektif untuk mematikan B. cereus yang direkomendasikan oleh National Institutes of Health (NIH), National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), National Food Processors Association (NFPA), dan FDA Food Code 2013, adalah: