Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Rekomendasi Penanganan HIV/AIDS dari PB IDI

Kompas.com - 01/12/2023, 18:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah penyakit jangka panjang akibat virus yang menyerang atau melemahan sistem kekebalan tubuh.

Dilansir dari laman AyoSehatKemkes, gejala HIV yang umum muncul pada tahap awal, seperti:

  • Sakit kepala
  • Kelelahan kronis
  • Sariawan
  • Radang tenggorokan
  • Kehilangan nafsu makan
  • Nyeri otot
  • Muncul ruam
  • Berkeringat di malam hari
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.

Baca juga: Pengidap HIV/AIDS Rentan Terkena Monkeypox, Begini Penjelasan Ahli

Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome).

AIDS adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh sangat lemah sehingga tubuh menjadi rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit serius.

Untuk meningkatkan upaya penanganan HIV/AIDS di Indonesia, PB IDI mengeluarkan sepuluh rekomendasi berikut.

Rekomendasi PB IDI terkait penanganan HIV/AIDS

Dilansir dari Antara, Kamis (30/11/2023), anggota Dewan Pertimbangan PB IDI PB , menyampaikan sepuluh rekomendasi penanganan HIV/AIDS, yaitu:

  • Terapi antiretroviral setiap tiga bulan

Rekomendasi pertama adalah pelaksanaan terapi antiretroviral (ARV) rutin setiap tiga bulan yang ditanggung BPJS.

Untuk diketahui, terapi antiretroviral adalah pengobatan yang bertujuan untuk:

    • Mengurangi risiko penularan HIV
    • Menghambat perburukan infeksi oportunistik
    • Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV
    • Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi.

Zubairi mengatakan, yang sebelumnya Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) perlu berobat ke layanan kesehatan seminggu hingga sebulan sekali, bisa dilakukan hanya tiga bulan sekali bila jumlah virus telah mencapai jumlah minimal dan terkendali.

  • Layanan obat secara daring

Rekomendasi PB IDI untuk menangani HIV/AIDS selanjutnya adalah layanan pengobatan daring tanpa tatap muka atau telemedisin.

Layanan daring untuk penderita HIV/AIDS ini juga ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Baca juga: Mengenal Cincin Vagina untuk Pencegahan HIV/AIDS

  • Memberikan dua kombinasi obat untuk mengatasi HIV/AIDS

Sebelumnya orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mendapat tiga kombinasi obat selama terapi.

Kini, obat yang diberikan menjadi dua kombinasi, yaitu dolutegravir dan lamivudin.

Zubairi menjelaskan, kombinasi obat ini terbukti bekerja lebih baik untuk mengobati HIV/AIDS dari kombinasi sebelumnya yang dapat berisiko pemburukan fungsi ginjal.

Kombinasi dua obat ARV ini, juga telah ditetapkan sebagai landasan obat HIV/AIDS di berbagai negara.

  • Penyediaan obat TBC

Pengidap HIV/AIDS memiliki imunitas yang rendah sehingga mudah tertular penyakit, salah satunya tuberkulosis (TBC).

Untuk mencegah kasus TBC pada ODHA, IDI merekomendasikan penyediaan obat tuberkulosis. Hal itu mengingat ketersediaan obat tersebut sering tidak terpenuhi.

  • Meningkatkan edukasi pengobatan HIV/AIDS

Rekomendasi PB IDI untuk mengatasi HIV/AIDS yang kelima yaitu pemerintah dan instansi terkait diharapkan bisa mengganden media dalam upaya edukasi tentang pengobatan HIV/AIDS.

Baca juga: Apa Itu HIV dan AIDS? Kenali Perbedaannya Berikut...

  • Memperbanyak relawan guna memberikan konsultasi pengobatan kepada ODHA

Ikatan Dokter Indonesia juga merekomendasikan untuk memperbanyak relawan untuk membantu tenaga medis memberi konseling pengobatan kepada ODHA.

  • Penanganan ibu hamil dan anak dengan HIV/AIDS

Rekomendasi penanganan HIV/AIDS selanjutnya adalah penanganan ibu hamil dan anak dengan HIV.

Untuk diketahui, kasus anak dengan HIV masih ditemukan setiap tahunnya. Kemenkes RI mencatat adanya kasus HIV pada anak berusia di bawah 4 tahun dengan jumlah 1,9 persen.

  • Pengadaan tes HIV se-nasional

PB IDI juga merekomendasikan pemerintah untuk mengadakan Hari Tes HIV Nasional yang secara resmi.

Tes HIV ini perlu dimasukkan ke dalam kalender Indonesia untuk deteksi yang lebih masif.

  • Membuka lapangan pekerjaan untuk ODHA

Rekomendasi kesembilan adalah pembukaan lapangan pekerjaan yang lebih adil bagi penderita HIV/AIDS.

Selama ini, stigma negatif terhadap ODHA sangat memengaruhi harapan dan kualitas hidup mereka, termasuk dalam hal mencari penghasilan.

  • PB IDI meminta kerja sama sinergis dalam mencapai penanganan HIV/AIDS yang lebih baik

Terakhir, PB IDI menganjurkan koordinasi, kepemimpinan, dan kerja sama yang sinergis dalam mencapai seluruh rekomendasi penanganan HIV/AIDS di Indonesia.

“Jadi untuk semua rekomendasi tersebut, tentu diperlukan kesamaan pendapat, untuk dikerjakan secara nasional, perlu koordinasi, perlu kerja sama tim yang lebih baik agar target menghentikan masalah AIDS di tahun 2030 dapat tercapai,” kata Zubairi.

Dengan adanya rekomendasi penanganan HIV/AIDS dari PB IDI, harapannya dapat berharap dapat memenuhi target bebas AIDS di tahun 2030 mendatang.

Baca juga: 7 Kelompok Rentan Terkena HIV yang Memiliki Faktor Risiko Tinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau