KOMPAS.com - Digitalisasi dalam layanan kesehatan di Indonesia mendesak dlakukan sehingga pelayanan yang diberikan lebih efektif dan efisien.
Dengan digitalisasi, pasien dan juga tenaga kesehatan akan lebih dimudahkan. Selain itu, solusi teknologi kesehatan digital juga dapat mengatasi dampak kekurangan tenaga kerja di bidang kesehatan.
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum RS Ibu dan Anak Harapan Kita, Basuni Radi, mencontohkan pemeriksaan X-ray yang dulu berbentuk analog sehingga hanya bisa dilihat dokter di rumah sakit. Saat ini hampir semua hasil X-ray sudah berbentuk digital.
"Dengan perkembangan teknologi, hasil pemeriksaan didigitalisasi sehingga bisa dishare dan di lihat dokter dari tampat lain. Sangat efisien," paparnya dalam acara Philips Future Health Index Indonesia 2023 yang digelar di Jakarta (13/12/2023).
Baca juga: Lakukan Transformasi Kesehatan, Menkes Budi Gunadi Raih Penghargaan WOCPM Paris
Contoh lain dari digitalisasi antara lain proses pendaftaran berobat melalui aplikasi atau pun melakukan konsultasi dengan dokter jarak jauh (telemedicine).
Digitalisasi layanan kesehatan menjadi salah satu agenda utama program transformasi bidang teknologi di Kementrian Kesehatan.
"Pemerintah sudah membuat blueprint transformasi digital. Target utamanya adalah data-data yang ada di layanan kesehatan bisa ditarik ke tingkat nasional," kata Chief Digital Transformation Office Kemenkes Setiaji, dalam acara yang sama.
Kementerian Kesehatan, kata Setiaji, menargetkan dapat mengintegrasikan data dari 60 ribu fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Integrasi berbagai aplikasi juga dilakukan agar sistem lebih terpusat.
"Aplikasi Satu Sehat, yang sebelumnya bernama Peduli Lindungi akan mempersingkat waktu tenaga kesehatan dalam menginput data,"katanya.
Melalui aplikasi tersebut, individu dan juga tenaga kesehatan dapat melihat resume medis elektronik, diare kesehatan, pengingat minum obat, mencari obat atau nakes, hingga mencari kamar rawat inap.
Baca juga: Cegah Stunting, TeleCTG Bersama JICA Kembangkan Telemedicine
Direktur Utama Philips Indonesia, Astri Ramayanti, mengatakan, laporan Philips Future Health Index 2023 Indonesia kali ini memperkuat urgensi perlunya adopsi teknologi untuk membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dan berorientasi pada pasien.
"Hasil laporan juga menyebut, ada komitmen kuat dari pemimpin kesehatan untuk memanfaatkan teknologi guna mengatasi kekurangan tenaga kerja, terutama di daerah pedesaan," kata Astri.
Selain itu, para profesional kesehatan muda sangat tertarik untuk bekerja di institusi rumah sakit yang memiliki teknologi canggih.
Walau demikian, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi untuk memperluas digitalisasi layanan kesehatan ini. Salah satunya adalah akses internet yang belum merata di seluruh Indonesia.
"Pemerintah berusaha memperkuat infrastruktur dengan membuka akses internet di puskesmas daerah terpencil. Selain itu, kami juga akan mengedukasi tenaga kesehatan terkait digitalisasi kesehatan," katanya.
Basuni mengatakan, hambatan dari adopsi teknologi ini juga bisa berasal dari tenaga kesehatan atau staf rumah sakit dari generasi X.
"Staf rumah sakit dari generasi X terkadang lebih sulit menerima teknologi baru,"katanya.
Masalah keamanan data juga menjadi persoalan. Namun, menurut Setiaji, Kemenkes saat ini menerapkan tata kelola yang mengikuti standar keamanan internasional sehingga data pribadi akan terlindungi.
Baca juga: Transformasi Layanan Kesehatan Digital, Dinkes Jakarta Optimalkan JakSehat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.