Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FKUI Temukan Paparan Timbel Tinggi pada Anak-anak

Kompas.com - 10/01/2024, 19:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bersama dengan Yayasan Pure Earth Indonesia menemukan paparan timbel (plumbum/Pb) tinggi pada anak-anak di sejumlah wilayah.

Penelitian dilakukan pada 564 anak di pulau Jawa yang tersebar di 5 wilayah, yaitu Desa Kadu Jaya (Kabupaten Tangerang), Desa Cinangka dan Desa Cinangneng (Kabupaten Bogor), Desa Pesarean (Kabupaten Tegal), serta Desa Dupak (Kota Surabaya).

Baca juga: Waspada Paparan BPA yang Banyak Ditemukan di Kemasan Plastik

Peneliti FKUI dr. Dewi Yunia Fitriani mengatakan bahwa paparan timbel pada anak di lima wilayah tersebut melebihi ambang batas aman yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO merekomendasikan ambang batas aman kadar timbel darah (KTD) pada anak sebesar 5 mikrogram per desiliter (mcg/dL).

"Di sini, anak-anak yang lebih dari 5 banyak sekali, sekitar 80 persen. Jadi, banyak sekali yang menjadi perhatian kita," kata dr. Dewi dalam diskusi "Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan" di Jakarta pada Rabu (10/1/2024).

Dalam rincian hasil penelitian yang dilakukan dari Mei hingga Agustus 2023 tersebut didapatkan bahwa proporsi kadar timbel darah pada anak 5-10 mcg/dL sebanyak 158 anak (28 persen).

Baca juga: 5 Efek Samping Asap Paparan Rokok pada Perokok Pasif

Kemudian, KTD 10-20 mcg/dL sebanyak 197 anak (35 persen), KTD 20-45 mcg/dL sebanyak 126 anak (22 persen).

Selanjutnya, KTD 45-65 mcg/dL sebanyak 10 anak (2 persen) dan KTD lebih dari 65 mcg/dL ada sebanyak 9 anak (2 persen).

Anak-anak yang diteliti dr. Dewi dan tim merupakan balita usia 1-5 tahun.

"Kenapa? Karena usia balita ini paling sering memasukkan tangan atau barang-barang yang mereka temukan ke mulut," ucapnya.

Kebiasaan dari balita usia tersebut, kata dr. Dewi, merupakan faktor risiko tinggi untuk paparan timbel dalam tubuh.

Baca juga: Efek Samping Paparan Rokok Elektrik pada Perokok Pasif

Risiko paparan timbel pada anak di lingkungan yang tercemar

Spesialis okupasi di FKUI ini mengungkapkan bahwa empat dari lima wilayah yang diteliti timnya adalah lingkungan yang memiliki tingkat pencemaran timbel yang sudah cukup tinggi.

"Wilayah tersebut banyak memiliki aktivitas yang menyebabkan cemaran timbel," ujarnya.

Aktivitas berisiko sebabkan pencemaran timbel di lingkungan, misalnya daur ulang dan jual beli aki bekas serta industri pengolah limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Program Yayasan Pure Earth Indonesia Nickolaus Hariojati mengatakan bahwa kadar timbel darah yang tinggi pada anak-anak dipengaruhi oleh kedekatan interkasi mereka pada barang mengandung zat tersebut.

"Dari barang-barang kita sehari-hari sebenarnya kita bersinggungan dengan unsur timbel, karena timbel salah satu logam yang banyak digunakan di banyak produk yang kita gunakan dalam kegiatan kita sehari-hari," terang Nicko.

Baca juga: Cara Mengatasi Paparan Etilen Oksida yang Perlu Diperhatikan

Barang-barang sehari yang mungkin mengandung unsur timbel, contohnya aki bekas, cat, dan alat masak.

"Sebanyak 50 persen komponen aki bekas adalah timbel," sebutnya.

Dalam penelitian ini, diambil sampel tanah, air bersih, air minum, udara, di sekitar rumah yang dekat sumber pencemaran timbel.

"Kami juga memgambil dan menganalisis mainan anak, pakaian anak, kasur dan matras anak tidur atau beraktivitas. Selain itu, debu, cat, bumbu, alat masak, alat makan plastik maupun kramik, dan barang-barang lain yang paling sering dimainkan anak-anak," ungkapnya.

Dokter spesialis anak Ari Prayogo menambahkan bahwa timbel dapat masuk dalam tubuh anak melalui dua cara, yaitu dihirup (inhalasi) atau dimakan (ingesti).

"Pada anak mungkin seringnya dimakan, jadi lewat mulut," ucap dr. Ari.

Baca juga: Efek Paparan Merkuri bagi Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau