KOMPAS.com - Pemanfaatan tes DNA kini terus meluas melebihi untuk mengetahui garis keturunan saja. Saat ini tes DNA juga bisa dipakai untuk mengetahui profil kesehatan, termasuk jenis diet yang tepat.
Dalam dunia medis, faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia terbagi menjadi dua: faktor genetik atau keturunan, dan lingkungan.
Faktor genetik sering berperan sebagai pemicu internal, yang membuat seseorang lebih berisiko untuk terkena suatu penyakit dibandingkan orang dengan DNA yang berbeda. Menurut penelitian di Amerika Serikat, 40 persen dari penyakit yang umum dijumpai di masyarakat disebabkan oleh komponen genetik.
Karena itu saat ini semakin banyak layanan yang menyediakan tes DNA dengan tujuan melihat profil kesehatan lebih lengkap.
“Faktanya, setiap orang di dunia memiliki set DNA yang berbeda. Dengan mengetahui DNA yang kita miliki, ini menjadi langkah pertama untuk mengetahui kondisi tubuh yang sebenarnya. Misalnya, bagaimana tubuh bereaksi terhadap tipe olahraga tertentu, atau kandungan yang kurang cocok untuk kesehatan kulit, atau bahkan reaksi alergi pada makanan tertentu," kata Product Manager dari perusahaan bioteknologi NalaGenetics, Emilia Bewintara.
Baca juga: Obesitas, Faktor Genetik atau Lingkungan?
NalaGenetics merupakan perusahaan bioteknologi yang berbasis di Singapura yang baru saja meluncurkan LifeReady, teknologi tes DNA yang praktis dan bisa dilakukan di mana saja.
NalaGenetics juga menyediakan layanan lainnya yang dapat dikombinasikan dengan LifeReady™, yakni NutriReady™, sebuah tes DNA yang menganalisis metabolisme dan kebutuhan nutrisi, memungkinkan para pengguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai kondisi kesehatan mereka.
Menurut Emilia, cara mengakses tes DNA ini cukup mudah. Pengguna bisa melakukan pembelian secara online, kemudian mereka akan mendapatkan alat tes yang bisa dilakukan di rumah. Pengguna bisa mengambil sampel dengan swab saliva, dan tim NalaGenetics akan mengambil sample dari tempat pengguna untuk kemudian dianalisa di laboratorium.
Baik laporan LifeReady™ dan NutriReady™, keduanya tersedia di aplikasi NalaGenetics dalam kurun waktu 4-6 minggu.
Tentunya, pemeriksaan genetik tidak dapat berdiri sendiri, tetapi akan lebih bermanfaat ketika digabungkan dengan riwayat kesehatan, pemeriksaan komposisi tubuh, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan kesehatan lainnya.
Baca juga: Mikrobioma dalam Skincare Bantu Pulihkan Kulit dari Peradangan
Oleh karena itu, setelah menerima hasil tes, pengguna dapat mendaftar di NalaCare™ yakni sebuah program kesehatan berkelanjutan untuk membantu mengintegrasikan hasil tes genetiknya. Lewat program ini pengguna juga bisa berkonsultasi dengan tenaga medis profesional.
Hasil dari tes DNA LifeReady™ terbagi menjadi beberapa panel utama, yakni panel alergi (mendeteksi alergen yang bisa memicu alergi bagi masing-masing orang); panel kebugaran (tipe olahraga yang cocok dengan tubuh); panel kesehatan kulit (tipe produk yang sesuai dengan kebutuhan kulit); dan panel produktivitas (cara mendapatkan kualitas tidur yang ideal).
"Berkat program genome, kerjasama NalaGenetics dengan biobank, serta algoritma canggihnya, tingkat akurasi tes mencapai 99 persen," kata Emilia.
Sementara untuk hasil tes DNA dari NutriReady™, pengguna akan mendapatkan rekomendasi makanan yang dipersonalisasi berdasarkan hasil DNA, hal ini tentu mencakup jenis-jenis makanan apa yang paling sesuai dengan kebutuhan tubuh, sekaligus rekomendasi makanan yang perlu dihindari karena berpotensi memicu alergi.
Baca juga: 5 Fakta yang Perlu Anda Ketahui tentang DNA Manusia, Apa Saja?
Berawal dari penelitian di Papua
Perjalanan NalaGenetics bermula dari pedalaman Papua, di mana pada tahun 2016, Levana Laksmicitra Sani, Co-founder NalaGenetics dan tim pendiri bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI untuk membagikan 1.000 alat tes DNA di lima desa.
Hasilnya cukup mengejutkan, 20 persen dari pasien kusta ternyata memiliki gen yang membuat mereka rentan terhadap Dapson, obat anti kusta yang kerap dipakai. Berkat temuan ini, pasien bisa mendapatkan rangkaian perawatan yang lebih sesuai, sehingga mereka bisa sembuh dan terhindar dari efek samping obat.
Pengalaman ini mendorong Levana dan Astrid Irwanto, Alexander Lezhava, serta Jianjun Liu untuk bersama-sama mendirikan NalaGenetics dan memperluas jaringan koneksi dengan berbagai rumah sakit, tenaga medis, dan laboratorium di Jakarta dan Singapura.
Saat ini, NalaGenetics telah menjangkau 12 negara di Asia Tenggara, bekerjasama dengan lebih dari 20 mitra lab, dan merilis lebih dari 40.000 laporan DNA.
“Tujuan utama kami adalah untuk membentuk masa depan dunia kesehatan yang lebih menekankan pada upaya preventif, dimana setiap pengguna mengetahui kebutuhan diri dan tubuhnya masing-masing, dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit di kemudian hari," kata Levana.
Baca juga: Mengenal Faktor Genetik dalam Gangguan Kecemasan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.