Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Dampak Gaya Hidup Sedentari yang Mengancam Manusia Modern

Kompas.com - 11/05/2024, 20:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Semakin banyak orang, baik muda maupun dewasa, di era modern sekarang ini menjalani hidup dengan gaya sedentari (sedentary lifestyle).

Ini adalah gaya hidup yang membuat tubuh tidak banyak melakukan aktivitas fisik, bahkan dalam intensitas ringan, seperti berjalan kaki dan naik-turun tangga.

Perkembangan teknologi dan perubahan yang tercipta pascapandemi Covid-19 mungkin adalah beberapa faktor pendorong gaya hidup ini.

Baca juga: 7 Penyebab Anak Obesitas, Gaya Hidup Jadi Faktor Utama

Jika didefinisikan, gaya hidup sedentari adalah gaya hidup ketika seseorang menghabiskan enam jam atau lebih setiap harinya untuk duduk atau berbaring saja, seperti yang dikutip dari Health Partners.

Banyak waktu yang digunakan tanpa banyak melakukan gerakan fisik yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, itulah gaya hidup sedentari.

Gaya hidup ini terlihat santai, sehingga orang yang menjalaninya sering dijuluki "mageran".

Baca juga: 5 Cara Mencegah Kolesterol Tinggi dengan Ubah Gaya Hidup

Namun, sebenarnya gaya hidup ini bisa sangat menjemukan dan membebani mental seseorang, sehingga membuat mood bisa naik-turun, tidak stabil. Masih banyak lagi dampak gaya hidup sedentari yang harus diperhatikan.

Gaya hidup malas ini jelas bukan tanpa risiko. Dikutip dari Mens Health, tidak banyak bergerak dapat berdampak buruk pada tubuh Anda, dan ini bisa lebih berbahaya dari yang Anda kira.

Menambah penelitian sebelumnya, penulis studi di American Journal of Clinical Nutrition terhadap lebih dari 300.000 orang melihat bahwa tidak banyak bergerak adalah bahaya kesehatan yang besar.

Baca terus artikel ini untuk tahu lebih lanjut risiko-risiko kesehatan dari gaya hidup sedentari.

Baca juga: 9 Penyebab Hb Tinggi, Bisa Gaya Hidup dan Masalah Kesehatan

Bagaimana dampak gaya hidup sedentari?

Disari dari Health Partners dan Mens Health, berikut macam dampak buruk gaya hidup malas ini:

  • Masalah kesehatan mental

Penelitian terus menunjukkan bahwa duduk dalam waktu lama dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental kamu.

Penelitian pada 2022 menunjukkan bahwa waktu duduk sangat terkait dengan dampak buruk terhadap kesehatan mental selama lockdown akibat Covid-19.

Apalagi, jenis perilaku menetap lainnya, seperti menonton TV atau bermain game elektronik, dapat meningkatkan risiko anxiety, menurut meta-analisis dari sembilan penelitian yang diterbitkan di BMC Public Health.

Itu karena orang yang terlalu lama screentime dapat membuat sistem saraf pusat kamu gusar dan mengundang kecemasan. Screentime juga dapat mengganggu tidur, sehingga menimbulkan kecemasan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan kardio dapat meningkatkan mood Anda sama efektifnya dengan antidepresan yang diresepkan.

  • Risiko kanker meningkat

Makalah ulasan 2021 menemukan bahwa gaya hidup sedentari secara signifikan meningkatkan risiko beberapa jenis kanker.

Diperkirakan 30 hingga 40 persen kanker dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup termasuk peningkatan aktivitas fisik.

Gaya hidup ini telah dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan penelitian besar secara konsisten menunjukkan bahwa kadar lemak tubuh yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko kanker.

Peradangan lokal kronis akibat lemak ini dapat menyebabkan kerusakan DNA penyebab kanker seiring berjalannya waktu, menurut National Cancer Institute.

Baca juga: Kasus Kanker pada Anak Muda Naik akibat Gaya Hidup ala Barat

  • Gangguan kognisi

Mengutip Draxe, kondisi otak kamu juga bisa tergganggu, jika duduk terlalu lama. Kamu bisa mengalami kesulitan berkonsentrasi.

Saat kita tidak bergerak, darah yang dipompa ke seluruh tubuh kita, termasuk otak kita, berkurang.

Hal ini memperlambat fungsi kognitif kita dan menyebabkan kabut otak (brain fog). Bahkan, kamu berisiko mengalami demensia sama seperti orang lanjut usia, jika terus-menerus menjalani gaya hidup sedentari.

Penelitian yang diterbitkan pada September 2023 menemukan bahwa di antara orang dewasa yang lebih tua, lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk melakukan perilaku sedentari, secara signifikan dikaitkan dengan lebih tinggi kejadian demensia.

Sementara itu, olahraga teratur dapat meningkatkan kinerja otak, sedangkan gaya hidup yang tidak banyak bergerak dapat mengganggu kognisi kamu.

  • Lonjakan gula darah

Dampak gaya hidup sedentari juga bisa menyebabkan gula darah naik.

Menurut sebuah studi 2020, kadar gula darah kamu bisa meningkat, jika Anda terlalu lama duduk di kursi, bahkan jika berat badan kamu normal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengurangi waktu duduk dan meluangkan waktu istirahat untuk bergerak dapat bermanfaat dalam meningkatkan regulasi gula darah pada diabetes tipe 2.

Jika kamu memiliki gaya hidup sedentari dan pradiabetes, menurunkan berat badan dengan rajin olahraga bisa sangat membantu kamu mengurangi risiko diabetes.

Baca juga: 4 Gaya Hidup Tidak Sehat yang Jadi Faktor Risiko Kanker

  • Sakit punggung

Kebiasaan membungkuk di depan komputer, laptop, untuk bekerja atau main game selama berjam-jam akan mudah membuat kamu sakit punggung.

Duduk selama 4 jam berturut-turut dapat meningkatkan tekanan pada cakram (diskus) di punggung bawah Anda, menurut sebuah penelitian di Penn State.

Kompresi ini dapat menyebabkan disk degeneratif, penyebab umum nyeri punggung.

Para pakar menyarankan untuk mengubah posisi kamu dari duduk atau berbaring setiap 15 menit.

 

  • Masalah seks

Gaya hidup sedentari dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Pada pria, ini dapat menyebabkan masalah ereksi seiring berjalannya waktu.

Pria yang memiliki perut besar (pinggang berukuran 42 inci (106,7 cm) atau lebih), dua kali lebih mungkin mengalami disfungsi ereksi dibandingkan mereka yang memiliki ukuran pinggang di bawah 32 inci, menurut sebuah penelitian di Harvard.

Kualitas sperma juga bisa dipengaruhi oleh gaya hidup mageran ini, seperti kebiasaan duduk atau berbaring sambil menonton TV secara berlebihan selama lebih dari 5 jam sehari.

Pria dengan gaya hidup seperti itu memiliki konsentrasi sperma 29 persen lebih rendah dibandingkan pria yang tidak menonton TV, menurut temuan penelitian terbaru di Denmark.

  • Masalah pada pembuluh darah

Jika Anda kurang bergerak, darah mengalir lebih lambat, yang dapat menyebabkan masalah pada pembuluh darah seperti varises.

Kemungkinan besar kamu juga bisa mengalami penggumpalan darah (trombosis) di salah satu pembuluh darah kamu.

Trombosis vena dalam bisa mengancam jiwa jika bekuan darah berpindah ke paru-paru dan menghalangi aliran darah Anda.

Baca juga: Gaya Hidup Sehat di Usia 40 Tahun Berpotensi Memperpanjang Umur

  • Penyakit jantung

Jika Anda tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup, hal ini dapat menyebabkan penyakit jantung.

Hal ini dapat mencakup kardiomiopati, yang memengaruhi cara jantung memompa darah. Bisa juga menyebabkan penyakit arteri koroner, di mana aliran darah kaya oksigen ke jantung berkurang.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan penyakit ini, tetapi faktor terbesarnya adalah kurang aktif bergerak.

  • Kolesterol tinggi

Kondisi kolesterol dalam darah juga bisa dipengaruhi oleh gaya hidup sedentari.

Jika Anda kurang bergerak, Anda mungkin memiliki kolesterol tinggi, yang berarti Anda memiliki terlalu banyak kolesterol jahat (lipoprotein densitas rendah/LDL) dan tidak cukup kolesterol baik (lipoprotein densitas tinggi/HDL).

Kondisi ini berpotensi menyebabkan pengerasan arteri, masalah pembuluh darah, dan banyak lagi.

Baca juga: Studi: Gaya Hidup Sedentari Sejak Kecil Bahaya untuk Jantung

  • Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) terjadi ketika darah mendorong terlalu kuat ke seluruh tubuh, sehingga membuat jantung bekerja terlalu keras.

Jika jantung kamu bekerja terlalu keras, hal itu dapat menyebabkan melemahnya pembuluh darah.

Menjadi lebih aktif mungkin merupakan cara mudah untuk menjaga tekanan darah Anda pada tingkat yang seharusnya.

  • Kematian dini

Merujuk Kementerian Kesehatan RI, orang yang kurang aktif memiliki risiko kematian 20-30 persen lebih tinggi daripada mereka yang cukup aktif.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa kurangnya aktivitas fisik merupakan penyebab kematian nomor empat di dunia, dengan dua juta orang meninggal setiap tahunnya akibat gaya hidup malas ini.

Penulis studi di American Journal of Clinical Nutrition mencatat bahwa berolahraga sedikit saja (setara dengan jalan cepat selama 20 menit setiap hari) dapat mengurangi risiko kematian dini pada orang yang tidak aktif sebanyak 16 hingga 30 persen.

Apakah kamu salah satu orang yang tengah menjalani gaya hidup ini? Sudahkah kamu menyadari dampaknya ini?

Berbagai risiko kesehatan di atas dapat kamu hindari dengan mulai mengubah gaya hidup sedentari kamu menjadi lebih sehat.

Baca juga: Apa yang Dimaksud Gaya Hidup Sedentari? Berikut Dampaknya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau