KOMPAS.com - Cara baru pencegahan penularan HIV berhasil menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dengan melakukan suntik 2 kali setahun, HIV bisa dicegah sampai 100 persen.
Tonggak penelitian tersebut secara dramatis akan mengubah arah epidemi HIV/AIDS yang telah menyebabkan 40 juta kematian sejak tahun 1980an.
Penelitian dilakukan di Afrika Selatan dan Uganda terhadap lebih dari 5.000 perempuan dan remaja berusia 16-25 tahun.
Dibandingkan dengan 2 persen keberhasilan pada kelompok yang mengonsumsi pil harian untuk pencegahan HIV, suntikan tiap 6 bulan secara efektif mencegah HIV sampai 100 persen.
Hasil penelitian itu telah dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine dan akan dipresentasikan pada pertemuan internasional AIDS di Jerman.
Setiap tahun diperkirakan ada 1.3 juta orang yang terinfeksi HIV. Lebih dari 600.000 orang meninggal karena penyakit terkait AIDS setiap tahunnya.
Upaya pencegahan HIV/AIDS telah dilakukan lewat berbagai cara. Salah satu yang cukup efektif adalah konsumsi pil pencegahan yang disebut PrEP (preexposure prohylaxis).
Baca juga: Akses ARV yang Terbatas Jadi Tantangan Besar Pengobatan ODHIV
Tantangan dari upaya tersebut adalah banyak orang yang beresiko tinggi tertular HIV tidak mau mengonsumsinya karena berbagai faktor, termasuk akses terhadap obat.
Terapi injeksi terbaru ini dibuat oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat, Gilead, yang dipasarkan dengan nama Sunlenca.
Suntikan dengan nama generik lenacapavir ini sudah mendapat ijin di AS sebagai pencegahan HIV. Gilead mengatakan pihaknya akan meminta persetujuan untuk obat tersebut sebagai tindakan pencegahan, sambil menunggu hasil penelitian yang sedang berlangsung di kalangan pria.
"Data penelitian ini memastikan bahwa suntikan lenacapavir dua kali setahun untuk mencegah HIV merupakan terobosan baru dengan potensi kesehatan masyarakat yang besar," kata peneliti dan presiden International AIDS Society, Sharon Lewin.
Ia menambahkan, jika terapi ini telah mendapat ijin edar dan disebarkan, secara cepat, murah, dan adil, kepada mereka yang membutuhkan, ini akan mempercepat kemajuan global dalam pencegahan HIV.
"Kita semua berutang budi kepada ribuan perempuan muda di Afrika Selatan dan Uganda yang mengajukan diri untuk menjadi bagian dari penelitian ini,” ujarnya.
Baca juga: Menilik Skandal Transfusi Darah Terkontaminasi HIV di Inggris
Saat ini lenacapir dibandrol dengan harga 40.000 dollar AS (sekitar 654 juta rupiah) untuk tahun pertama. Namun studi terpisah yang juga dipresentasikan dalam konferensi itu memperkirakan, jika diproduksi dalam skala besar maka harga obatnya bisa ditekan menjadi 40 dollar AS sekali terapi.
Organisasi Doctors Without Borders mendorong aksi global untuk membuat terapi suntik itu lebih murah dan bisa diakses segera. Organisasi itu juga mengatakan bersemangat untuk mulai memasukkan terapi tersebut dalam program medisnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.