Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Leptospirosis Apa Saja? Berikut 9 Daftarnya

Kompas.com - 06/08/2024, 22:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Leptospirosis mungkin termasuk suatu penyakit langka yang jarang didengar masyarakat Indonesia.

Padahal, penyakit zoonosis ini bisa mengakibatkan gangguan pada otak, gagal ginjal, kelumpuhan, dan kematian apabila tidak ditangani dengan segera.

Salah satu cara meningkatkan kewaspadaan kita terhadap penyakit ini yaitu memahami gejala leptospirosis, penularan, dan pencegahannya berikut.

Baca juga: Waspadai Leptospirosis, Infeksi Bakteri Mematikan dari Kencing Tikus

Gejala leptospirosis apa saja?

Orang yang tertular leptospirosis biasanya tidak langsung mengalami keluhan atau gejala.

Umumnya, gejala leptospirosis baru muncul setelah penderita melewati masa inkubasi, yaitu sekitar 10-14 hari.

Disarikan dari WebMD dan Yankes Kemenkes, berikut gejala leptospirosis yang perlu kamu waspadai:

  1. Demam tinggi hingga 40 derajat celcius
  2. Panas dingin dan menggigil
  3. Sakit kepala
  4. Mual, muntah
  5. Kehilangan nafsu makan
  6. Nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah.
  7. Sakit perut
  8. Diare
  9. Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan.

Gejala leptospirosis biasanya mereda dalam satu minggu dengan pengobatan sesuai anjuran dokter.

Namun, sebagian kasus dapat berkembang menjadi sindrom Weil sehingga pasien membutuhkan perawatan di rumah sakit. Biasanya, pasien akan mendapat antibiotik melalui infus.

Tanda-tanda sindrom Weil, meliputi kesulitan bernapas, dada terasa sakit atau sesak, dan keluar darah saat batuk.

Baca juga: 3 Obat untuk Mengatasi Leptospirosis menurut Dokter

Penularan leptospirosis melalui apa?

Penyakit leptospirosis sangat mudah menyebar bila seseorang melakukan kontak langsung dengan urine atau darah hewan, antara lain tikus, anjing, sapi, babi, kuda, rakun, dan hewan liar lainnya.

Penularan leptospirosis juga dapat terjadi apabila bagian tubuh manusia bersinggungan dengan air dan tanah yang terkontaminasi bakteri Leptospira interrogans.

Adapun faktor risiko leptospirosis, yaitu:

  • Bekerja sebagai nelayan, pekerja tambang, atau petani
  • Sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak, dokter hewan, atau pemilik hewan peliharaan.
  • Memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan saluran pembuangan atau selokan
  • Tinggal di daerah rawan banjir dan kumuh
  • Sering melakukan aktivitas di alam bebas, seperti olahraga atau rekreasi air.

Bagaimana cara mencegah leptospirosis?

Dikutip dari laman Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakan dan Keperawatan Universitan Gadjah Mada, tindakan pencegahan leptospirosis yang bisa diupatakan yaitu menjaga kebersihan sanitasi.

Pastikan untuk mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun setelah beraktivitas di luar ruangan dan berinteraksi dengan hewan liar maupun peliharaan.

Cara mencegah leptospirosis berikutnya yaitu dengan menghindari minum air mentah karena berisiko terkontaminasi Leptospira interrogans atau bakteri lainnya.

Baca juga: Musim Hujan: Waspada Leptospirosis, Demam Berdarah, hingga Mycoplasma Pneumoniae

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau