KOMPAS.com - Indonesia termasuk dalam negara yang masuk zona merah penyakit leptospirosis, yaitu infeksi yang ditularkan melalui kencing tikus. Penyakit ini bisa mematikan.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah melaporkan, sepanjang Januari - Maret 2024 terdapat 87 pasien leptospirosis dan 7 di antaranya meninggal dunia.
WHO mencatat, setiap tahun ada sekitar 1 juta kasus leptosopirosis dengan 60.000 kematian. Tingkat kefatalan kasus mencapai 5-30 persen. Prevalensi di daerah tropis 10-100 per 100.000 penduduk. Indonesia termasuk zona merah.
Penyakit menular ini berasal dari bakteri Leptospira yang berada di kencing tikus. Padahal tikus ada di semua daerah.
Urine tikus bisa mengontaminasi air dari sumber air, kolam renang, selokan, genangan air banjir, serta menular ke binatang ternak, hewan peliharaan, atau hewan liar.
Bakteri kemudian masuk ke tubuh manusia melalui luka di kulit, selaput lendir mata, mulut, atau nasofaring.
Baca juga: Penjelasan Dinkes Solo soal Warga Meninggal Disebut karena Leptospirosis
Pada manusia, infeksi penyakit ini bisa menimbulkan gejala yang mirip dengan penyakit lain seperti demam, nyeri otot, muntah, bahkan pada beberapa kasus tidak bergejala.
Durasi antara seseorang terpapar sumber bakteri dan muncul gejala penyakit bisa berkisar antara 2-4 minggu.
Leptospirosis bisa muncul dalam dua fase. Setelah fase pertama (demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah), pasien bisa merasa sudah membaik, namun kemudian sakit lagi.
Di fase kedua biasanya gejala lebih berat, seseorang bisa mengalami kerusakan ginjal atau organ-organ yang lain.
Pengobatan penyakti ini adalah dengan antibiotik yang tepat. Tanpa pengobatan, leptospirosis bisa menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis (radang otak), kerusakan liver, sesak napas, bahkan kematian.
Oleh karena itu ketika muncul gejala di fase satu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan diagnostik agar mendapat penanangan yang tepat.
Baca juga: 15 Tanda-tanda Leptospirosis yang Perlu Diwaspadai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.