Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Rela Jadi Kelinci Percobaan Medis

Kompas.com - 13/08/2024, 11:51 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sebagai contoh London FluCamp yang dikelola perusahaan hVIVO, yang bertujuan untuk memahami virus pernapasan dan sistem imun, serta pengobatan yang paling tepat. Para partisipan di sini dibayar sekitar Rp 91 juta untuk untuk diberikan dosis kecil jenis virus dan kemudian dikarantina di sebuah fasilitas di London selama 11 hingga 14 hari, dengan pemeriksaan akhir dilakukan sebulan setelah uji coba berakhir.

"Peserta harus mengisi formulir online, kami kemudian memeriksa kriteria kelayakan dan jika disetujui mereka akan diundang untuk menjalani pemeriksaan pertama," kata tim marketing hVIVO, Sidra Faridi.

Setelah itu, peserta akan menjalani pemeriksaan kesehatan yang lebih mendalam, termasuk ECG, tes darah dan pemeriksaan lain oleh dokter spesialis.

Baca juga: Sengkarut Mahalnya Harga Obat

"Setelah hasil pemeriksaan keluar dan dicek, kami lalu mengundang mereka untuk menjalani uji klinis," lanjutnya.

Sebagian besar peserta uji klinis di hVIVO mengaku bayaran yang mereka terima sepadan dengan apa yang dijalani. Para staf juga umumnya telah menjelaskan secara lengkap langkah uji coba dan risikonya.

Seberapa berbahaya

Setiap perawatan medis terbaru membutuhkan serangkaian uji klinis, namun tahapan itu bukannya tanpa risiko, terutama pada fase pertama saat diuji coba pada manusia.

Contoh paling terkenal dan ekstrem dari hal ini adalah bencana uji coba obat Northwick Park tahun 2006, yang juga dikenal sebagai uji coba The Elephant Man, di mana enam pemuda yang sehat sakit parah akibat obat leukemia eksperimental yang dikenal sebagai TGN1412.

"Saya merasa kepala saya membengkak seperti kepala gajah - saya pikir bola mata saya akan keluar," kata Nav Modi, salah satu dari enam peserta, kepada BBC dalam sebuah wawancara setelah kejadian tersebut.

Baca juga: Pengobatan Kanker Hati Tanpa Kemoterapi

Sebagai tanggapan, dari kejadian tersebut, dibuat beberapa perubahan dalam pelaksaan uji coba medis apda manusia, termasuk pengawasan lebih ketat dari para ahli independen terhadap obat-obatan berisiko tinggi dan infus yang lebih lambat,alih-alih suntikan satu kali.

Untungnya, kasus seperti Northwick Park sangat jarang terjadi, dengan protokol regulasi yang ketat.

Meski berbagai aturan yang ada dibuat untuk memastikan uji klinis aman, tetapi tidak ada jaminan peserta tidak akan mengalami kondisi yang tidak nyaman.

Komedian John Tothill yang mengikuti uji klinis untuk obat malaria untuk mendanai salah satu show-nya mengatakan, ia menderita demam tinggi dan halusinasi.

"Itu adalah kondisi saya merasa paling jatuh sakit," katanya dalam wawancara dengan BBC.

Meski demikian, banyak orang-orang seperti Ben dari Cambridge yang tidak kapok dan berminat mengikuti uji klinis.

"Saya bahkan tidak sabar untuk mendaftar yang berikutnya," katanya.

Baca juga: Obat Baru dan Inovatif Sulit Masuk ke Indonesia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau