Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Bahaya Obesitas sejak Usia Dini? Ini Ulasannya...

Kompas.com - 26/08/2024, 10:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Obesitas di masa kanak-kanak bisa mengakibatkan berkembangnya berbagai macam penyakit jangka panjang, yang mengganggu tumbuh kembang anak serta kualitas hidupnya di masa depan.

Mengutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak disebut obesitas, jika perbandingan berat badan dengan tinggi badan berada pada +3 dan overweight +2 menurut kriteria WHO 2006.

Indeks massa tubuh (IMT) pada anak obesitas usia di bawah 5 tahun berada di atas sama dengan +3 pada kurva WHO 2006.

Sedangkan, IMT pada anak usia 5 tahun ke atas lebih dari +2 simpang baku pada kurva WHO 2007.

Baca juga: Apa Tanda-tanda Anak Obesitas? Ini Ulasannya...

Secara kasat mata, tanda-tanda anak obesitas yang bisa diperhatikan, seperti:

  • Pipi yang tembem
  • Dagu rangkap
  • Leher tampak pendek
  • Kulit yang menghitam, biasanya terdapat pada daerah yang berkerut dan berlipat seperti leher
  • Perut membuncit dan berlipat-lipat
  • Payudara membesar
  • Kedua tungkai umumnya berbentuk x
  • Paha dalam saling menempel
  • Pada anak-laki-laki, penis tampak kecil dan terbenam

Jika anak Anda memiliki tanda-tanda tersebut, kemungkinan besar anak Anda sudah mengalami obeisita dan perlu konsultasi ke dokter untuk memastikan kondisi kesehatannya.

Baca terus artikel ini untuk mengetahui risiko kesehatan dari bahaya obesitas sejak usia dini.

Baca juga: Konsumsi Minuman Manis pada Anak Naik, Obesitas Melonjak

Dampak obesitas sejak usia dini

Merujuk Kementerian Kesehatan RI, anak obesitas bisa mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bagian tubuh, yang meliputi berikut:

  • Sistem pencernaan

Obesitas bisa mengakibatkan sistem pencernaan mengalami pendarahan saluran cerna, perlemakan hati, batu empedu, risiko sirosis hepatitis, dan risiko kanker usus.

  • Sistem otot dan tulang

Dalam sistem otot dan tulang, anak obesitas rentan mengalami patah tulang lengan, kaki rata, radang tulang, dan lepasnya bonggol tulang paha dari sendi pinggul.

Baca juga: Waspadai Bahaya Obesitas akibat Konsumsi Minuman Berpemanis

  • Sistem saraf

Anak-anak yang mengalami obesitas juga berisiko mengalami sistem saraf, seperti tumor otak dan risiko stroke.

  • Sistem kardiovaskular

Sistem kardiovaskular yang dipengaruhi oleh penumpukan lemak akan menyebabkan peningkatan kadar lemak darah, hipertensi, pembesaran jantung, dan penyakit jantung koroner.

Baca juga: Manfaat Aktivitas Fisik Rutin untuk Mencegah Obesitas

  • Sistem endokrin

Dampak obesitas pada anak juga bisa terjadi pada sistem endokrin, yang menyebabkan berkembangnya diabetes tipe 2, pubertas dini, kista indung telur (pada anak perempuan), dan hernia.

  • Paru-paru

Obesitas menyebabkan anak rentan mengalami asma dan sumbatan pada jalan napas saat tidur.

  • Penyakit lain

Selain penyakit pada sistem tubuh yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa penyakit lainnya yang bisa berkembang akibat obesitas sejak usia dini, seperti gangguan jantung, penyumbatan pembuluh darah, sering ngompol, dan risiko kanker pada organ reproduksi (pada anak perempuan).

Baca juga: Apa Bahaya Mengalami Obesitas? Ini Penjelasannya...

Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obesitas pada masa kanak-kanak dan remaja juga memiliki konsekuensi psikososial yang merugikan, seperti memengaruhi prestasi sekolah dan kualitas hidup, diperparah oleh stigma, diskriminasi, dan perundungan.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan asupan makan anak sejak usia dini agar bergizi seimbang sesuai dengan kebutuhannya.

Menurut IDAI, obesitas pada anak dapat dimulai sejak usia balita hingga remaja.

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan makanan yang menghasilkan energi dengan energi yang dikeluarkan.

Asupan makanan yang berlebih akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak di seluruh tubuh.

Asupan makanan yang berlebih merupakan penyebab obesitas yang utama (sering disebut sebagai obesitas primer atau nutrisional) dan sisanya sekitar 10 persen oleh karena kelainan hormon, sindrom atau kerusakan gen (obesitas sekunder atau non-nutrisional).

Baca juga: Studi: Kerja Shift Malam Rentan Terkena Obesitas dan Diabetes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau