KOMPAS.com - Masa remaja merupakan periode penting dalam menunjang kesuksesan anak. Pada fase ini, bakat dan potensi anak mulai terlihat. Oleh karena itu, orangtua punya peran krusial dalam mengarahkan anak pada jalur yang tepat untuk mengoptimalkan potensi mereka.
Salah satu yang perlu diketahui orangtua adalah intelligence quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan social quotient (SQ). Pengetahuan ketiga aspek kecerdasan ini pada anak bisa membantu orangtua dalam mendidik mereka.
American Psychological Association (APA) mendefinisikan IQ sebagai ukuran standar tingkat kecerdasan individu berdasarkan tes psikologis.
Tes IQ dirancang khusus untuk mengukur kemampuan kognitif seseorang, seperti berpikir logis, pemecahan masalah, pemahaman informasi abstrak, serta kemampuan belajar.
Baca juga: Fase Krusial, Ini 5 Faktor Penting yang Pengaruhi Pertumbuhan Remaja
Skor IQ biasanya digunakan untuk penempatan pendidikan, penilaian kemampuan intelektual, dan evaluasi pelamar kerja.
Semakin tinggi skor IQ, seorang anak dianggap memiliki kecerdasan lebih tinggi. Meski demikian, IQ bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kecerdasan seseorang. Pasalnya, skor IQ tidak bisa memprediksi kesuksesan di sekolah, kehidupan, atau bisnis.
Laman Psychology Today mendefinisikan EQ sebagai kemampuan mengidentifikasi dan mengelola emosi diri sendiri serta emosi orang lain.
Teori EQ diperkenalkan pertama kali oleh Peter Salovey dan John D. Mayer pada 1990-an. Selanjutnya, teori ini dikenalkan kepada masyarakat luas oleh Daniel Goleman.
EQ umumnya mencakup beberapa keterampilan. Pertama, kesadaran emosional. Kemampuan ini berupa mengidentifikasi emosi diri sendiri dan memahami apa yang mereka rasakan, termasuk emosi negatif, seperti kesedihan atau frustrasi.
Anak yang memiliki kecerdasan emosional dapat mengelola emosi tersebut dan memahami konsekuensinya jika tidak diselesaikan. Oleh karena itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan realistis tentang diri mereka sendiri.
Baca juga: Konsumsi Susu, Rahasia Mengoptimalkan Pertumbuhan Remaja
Kedua, kecakapan mengelola emosi. Kemampuan ini meliputi keterampilan mengatur emosi diri sendiri ketika diperlukan dan kecakapan dalam membantu orang lain melakukan hal yang sama.
Anak yang memiliki kecerdasan emosional tidak bersikap impulsif atau terburu-buru karena mereka berpikir sebelum bertindak. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengurangi intensitas emosi atau kecemasan (down-regulation).
Kemampuan tersebut membuat anak yang ber-EQ tinggi mampu beralih dan meredakan suasana hati, baik secara internal maupun eksternal.
Selain emosinya sendiri, anak yang ber-EQ tinggi juga peka terhadap emosi orang lain. Nah, bersikap peka terhadap orang lain memudahkan hubungan dengan orang lain. Hal ini membuat anak dengan EQ tinggi dapat menjadi teman, mentor, pasangan, serta pemimpin yang lebih baik.
Dikutip dari artikel “Why Emotional Intelligence is Important in Leadership” yang diposting di Harvard Business School, 71 persen pemberi kerja lebih menghargai kecerdasan emosional ketimbang keterampilan teknis saat mengevaluasi calon karyawan.
Pasalnya, karyawan dengan kecerdasan emosional tinggi lebih tenang saat menghadapi tekanan. Mereka juga dapat menyelesaikan konflik secara efektif dan menanggapi rekan kerja dengan empati.
Sebaliknya, individu dengan EQ rendah mungkin kesulitan menyampaikan gagasan dengan jelas, memahami sudut pandang orang lain, atau menyelesaikan konflik secara efektif.
SQ identik dengan kecerdasan sosial (social intelligence) atau keterampilan sosial (social skill). Laman psychologs.com mendefinisikan SQ sebagai kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan empati dan asertif.
Bentuk kecerdasan sosial dalam keseharian meliputi keterampilan berkomunikasi verbal dan nonverbal, memahami peran dan normal sosial, berempati pada orang lain, serta keterampilan membangun dan mempertahankan hubungan.
Baca juga: Berkaca dari Film “Inside Out 2”, Berikut 2 Alasan Emosi Remaja Kerap Dianggap Labil
Anak yang memiliki kecerdasan sosial tinggi dapat membangun hubungan sosial lebih baik dengan orang lain. Pasalnya, mereka mudah terhubung dan berempati pada orang lain. Hal ini membuat mereka dapat memelihara hubungan yang sehat dan menyelesaikan konflik dengan cara konstruktif.
Selain itu, anak dengan SQ tinggi dapat mengelola stres dan kecemasan dengan baik. Mereka dapat memahami dan merespons situasi sosial dengan cara yang sehat dan mampu mengatasi emosi negatif.
Anak dengan SQ tinggi mudah diajak berkolaborasi, berkomunikasi secara efektif dengan guru atau atasan, dan menyelesaikan tugas dengan baik. Hal ini pun dapat menunjang prestasi anak di sekolah dan di dunia kerja.
Selain memahami aspek kecerdasan, orangtua juga harus mengetahui berbagai nutrisi yang dapat memaksimalkan potensi anak. Meskipun genetika memainkan peran penting dalam menentukan kecerdasan dan kemampuan emosional anak, peran nutrisi tidak boleh diabaikan.
Nutrisi, seperti asam amino, magnesium, kolin, inulin, dan ekstrak goji berry berperan penting dalam menunjang fungsi kognitif. Nutrisi ini penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak remaja. Dengan nutrisi ini, mereka dapat untuk unggul secara akademis, sosial, dan emosional.
Asam amino merupakan bahan penyusun protein yang penting untuk fungsi otak. Nutrisi ini memainkan peran penting dalam neurotransmisi, yaitu proses sel-sel saraf berkomunikasi satu sama lain.
Selanjutnya, magnesium adalah mineral yang terlibat dalam lebih dari 300 reaksi biokimia dalam tubuh. Mineral ini juga berperan dalam fungsi otak dan pengaturan suasana hati. Kolin merupakan nutrisi yang penting untuk produksi asetilkolin, neurotransmitter yang penting untuk memori dan pembelajaran.
Sementara itu, inulin adalah sejenis serat makanan yang berfungsi sebagai prebiotik. Serat ini mendorong pertumbuhan bakteri yang baik untuk usus.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kesehatan mikrobioma usus terkait erat dengan fungsi kognitif dan kesejahteraan emosional. Ekstrak goji berry kaya yang akan antioksidan dapat membantu melindungi otak dari stres oksidatif dan peradangan.
Dengan menyertakan nutrisi tersebut, orangtua dapat mendukung pertumbuhan IQ, EQ, dan SQ anak. Misalnya, memberikan pola makan seimbang dan bervariasi yang mencakup berbagai makanan padat nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, protein tanpa lemak, dan lemak sehat. Hal ini bisa membantu menjaga kesehatan otak dan meningkatkan fungsi kognitif secara keseluruhan.
Selain itu, orangtua juga dapat melengkapi vitamin dan mineral. Mikro nutrien ini membantu memastikan remaja mendapatkan semua nutrisi yang mereka butuhkan untuk berkembang.
Dengan sokongan nutrisi tersebut, orangtua dapat mendukung perkembangan kognitif, emosional, dan sosial remaja. Hal ini menjadi bekal berharga bagi mereka untuk sukses dalam semua aspek kehidupan. Seperti diketahui, pikiran yang sehat dimulai dari tubuh yang sehat dan pola makan seimbang.
Salah satu susu yang mengandung semua kebaikan nutrisi yang dibutuhkan remaja adalah IGROW. Susu ini mengandung kalsium, vitamin D, serta magnesium yang dapat memaksimalkan penyerapan kalsium ke tulang untuk menunjang pertumbuhan tinggi badan.
Untuk membantu pertumbuhan kognitif atau kecerdasan otak remaja, IGROW dilengkapi sejumlah nutrisi penting, seperti kolin, asam folat, dan vitamin E.
Susu IGROW juga mengandung zink, vitamin C, dan ekstrak goji berry sebagai sumber antioksidan. Seperti diketahui, antioksidan yang tinggi dapat menjaga daya tahan tubuh. Kandungan ini dapat membuat daya tahan tubuh remaja tetap kuat saat bergaul dan aktif di kegiatan sosial.
Selain itu, kandungan iodium dan 15 asam amino esensial, seperti L-Arginin, dapat membantu pembentukan hormon dan pertumbuhan emosi anak remaja.
IGROW memiliki kemasan yang praktis dan higienis karena berbentuk saset. Hal ini memudahkan anak menyeduh varian susu yang disukai, yakni cokelat, vanilla, dan karamel.
Jadi, tunggu apalagi? Bekali anak Anda dengan nutrisi penting dan lengkap dari IGROW. Dengan dukungan nutrisi yang tepat, anak dapat mengembangkan potensinya untuk menggapai cita-citanya.