KOMPAS.com - Praktik industri air minum dalam kemasan (AMDK), khususnya penggunaan galon guna ulang dinilai sangat memprihatinkan.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dr I Made Oka Negara mengatakan, keprihatinan tersebut terlihat dari proses pendistribusian air galon yang menggunakan truk-truk terbuka.
Menurutnya, pengangkutan galon menggunakan truk terbuka dapat menimbulkan masalah kesehatan serius.
Hal itu dr Oka sampaikan saat menjadi narasumber pada seminar BPA Free bertema “Perilaku Sehat, Reproduksi Sehat, Keluarga Sejahtera”, di Hotel Amaroossa Cosmo, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
“Galon, baik yang diisi maupun tidak, akan menjadi masalah pada waktu akan didistribusikan (dengan truk terbuka) ke distributor. Ini sering saya lihat. Beberapa data juga menyebutkan bahwa walaupun mereka tidak panas, tapi dalam distribusinya bisa terpapar panas karena ditaruh di truk-truk terbuka,” ujar dr Oka dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (13/9/2024).
Dokter Oka menambahkan, galon yang didistribusikan dengan truk terbuka jadi terpapar langsung oleh suhu ekstrem, terutama panas matahari yang menyengat.
Paparan panas matahari itu, lanjutnya, dapat memicu pelepasan senyawa Bisfenol A (BPA) dari dinding kemasan galon ke dalam air yang diwadahinya.
“Jadi, paparan panas dan paparan sinar ultraviolet (UV) akan menyebabkan pelepasan BPA. Saran saya, truk-truk pengangkut harus beratap agar BPA-nya tidak tergelontor lepas. Dalam konteks kandungan senyawa kimia BPA, beberapa penelitian banyak yang menjelaskan bahwa BPA berbahaya secara akumulatif untuk kesehatan,” katanya.
Risiko BPA, tambah dr Oka, bisa bertambah jika galon yang telah dipakai dicuci secara berulang.
Dokter Oka juga menegaskan bahwa paparan senyawa BPA bisa menyebabkan kelainan pada janin, khususnya laki-laki.
Pasalnya, BPA dapat meningkatkan risiko kesehatan berupa mikropenis pada janin berjenis laki-laki. Gangguan itu adalah kondisi yang membuat ukuran penis jadi lebih kecil dari biasanya.
“Bila BPA dikonsumsi terus menerus, ibu hamil yang janinnya laki-laki akan mengalami gangguan estrogen, mikropenis, dan gangguan kesuburan. Kalau pada perempuan, cenderung mengalami debut seksual lebih awal serta payudara dan panggulnya lebih besar di awal,” ucapnya.
Anggota Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM Yeni Restiani menjelaskan bahwa proses migrasi atau perpindahan BPA dari kemasan ke dalam pangan bisa terjadi karena beberapa hal.
“Penyebabnya antara lain proses pencucian yang tidak tepat, penggunaan air pada suhu tinggi di atas 75 derajat Celcius, adanya residu detergen, pembersihan yang mengakibatkan goresan, penyimpanan tidak tepat, serta paparan sinar matahari langsung atau karena lamanya terpapar sinar matahari,” jelas Yeni
Untuk meminimalisasi paparan BPA, Yeni pun menekankan urgensi regulasi pelabelan dan kemasan bahan plastik yang perlu diketahui oleh keluarga dan masyarakat di Indonesia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya