Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lawan Stunting, Tenaga Kesehatan Dampingi Perbaikan Gizi Balita di Desa Banaran Klaten

Kompas.com - 20/09/2024, 19:36 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian orangtua sering kali menghadapi beragam masalah dalam memberi asupan gizi kepada anak selama MPASI. Sebagai contoh, anak tidak mau makan atau kesulitan mengunyah ketika diberi protein hewani, seperti daging ayam dan daging sapi.

Dinta, warga Dukuh Sidodadi, Desa Banaran, Delanggu, Klaten, menuturkan keresahannya saat si kecil tidak doyan makan sehingga berat badannya hanya naik sedikit.

"Biasanya sudah masak masakan keluarga, tapi belum tentu dia mau. Ya, kadang berpikir anak doyan makan sudah alhamdulillah banget, walaupun nggak semua masuk (dimakan anak). Tapi, saya penginnya bisa kasih lauk protein hewani, nabati, sayur, dan buah biar dia bisa tumbuh dan berkembang maksimal," kata Dinta saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/9/2024).

Untungnya, anak perempuan Dinta yang kini berusia 18 bulan menjadi salah satu balita yang dipantau tumbuh kembangnya secara langsung oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Delanggu yang bekerjasama dengan kader Posyandu Dahlia Desa Banaran.

Baca juga: Cegah Gondongan, IDAI Minta Kemenkes Masifkan Vaksin MMR-Varicella

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, tenaga medis Puskesmas Delanggu, mencakup dokter, ahli gizi, perawat, dan bidan ikut dikerahkan dalam mengatasi masalah gizi di desa-desa yang tersebar di Kecamatan Delanggu, termasuk Desa Banaran.

Untuk Desa Banaran, pendampingan dilakukan oleh bidan Puskesmas Delanggu, Titin Apriyantiningsih, Amd. Keb. Selain bidan Titin, Posyandu Dahlia Desa Banaran juga didampingi oleh perawat Puskesmas Delanggu, Tri Winarni yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Desa Banaran

Para nakes memberi pelatihan kepada kader Posyandu Dahlia terkait pencatatan dan pelaporan data, menjelaskan penggunaan buku KIA bagian balita, memantau tumbuh kembang dengan hadir setiap penimbangan yang dilaksanakan sekali dalam sebulan, dan memberi panduan dan pendampingan dalam pemberian makanan tambahan mengandung protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak serta mencegah stunting.

Tenaga kesehatan dampingi kader dalam menyiapkan menu makanan bergizi

Ketua Posyandu Dahlia Desa Banaran, Ambar Lestari menjelaskan bahwa tim tenaga kesehatan dari Puskesmas Delanggu datang memantau sekaligus membagikan ilmu, menjelaskan informasi atau update terkini dari Kementerian Kesehatan pada pertemuan rutin kader.

Bicara mengenai pemberian makanan tambahan, Ambar menyebut bahwa petugas tenaga kesehatan dari Puskesmas Delanggu turut memberikan informasi mengenai Pedoman Gizi Seimbang dari Kemenkes RI, yang didalamnya mengandung sumber protein.

Kader Posyandu Dahlia Desa Banaran memberikan makanan tambahan untuk anakDok. Kader Posyandu Dahlia Desa Banaran, Delanggu, Klaten Kader Posyandu Dahlia Desa Banaran memberikan makanan tambahan untuk anak

Ambar memberi contoh, ketika ada menu ayam, kader Posyandu Dahlia diajak membuat beragam menu, seperti nugget, dimsum, dan bumbu kecap.

"Anak-anak biasanya suka dibuat nugget karena mudah dikunyah, tidak alot, bentuknya bisa divariasi, terus kan mudah dipegang, jadi mereka suka," kata Ambar kepada Kompas.com, Jumat (20/9/2024).

"Kalau olahan yang lain mungkin dimasak kecap, dibuat dimsum, tapi nggak semua suka dimsum karena homemade jadi kadang masih ada bau amis, pernah juga dibuat sempol, cuma masalahnya khawatir kan itu ada tusuknya yang bisa membahayakan anak," imbuhnya.

Baca juga: Kemenkes Berdayakan Ibu-ibu Lokal Siapkan PMT untuk Balita

Bicara mengenai upaya peningkatan gizi di Desa Banaran, bidan Titin mengatakan bahwa program sudah berjalan dengan baik. Terlebih, pemantauan dilakukan setiap seminggu sekali.

Pemantauan tumbuh kembang balita di desa Banaran oleh Posyandu Dahlia didampingi Bidan Titin dari Puskesmas DelangguDok. Bidan Titin Desa Banaran Pemantauan tumbuh kembang balita di desa Banaran oleh Posyandu Dahlia didampingi Bidan Titin dari Puskesmas Delanggu
 "Pada prinsipnya semua yang sudah berjalan ini sudah sangat baik sekali, karena pemantauan kita lakukan setiap minggu. Kami door-to-door memberikan penyuluhan dan makanan untuk balita, melakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan. Jadi, kami bisa memantau grafik pertumbuhan bayi dan balita di Banaran, apakah sudah sesuai harapan untuk pencegahan stunting dan gizi kurang," jelas Titin.

Dari puskesmas, bidan Titin mengatakan, ada lembar form terkait grafik pertumbuhan untuk pencatatan.

Setiap bayi balita juga memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dibawa pada saat penimbangan. Hasil pencatatan tersebut kemudian dilaporkan ke puskesmas dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten.

Menanggapi soal olahan ayam yang disinggung oleh Ambar, bidan Titin menyampaikan bahwa ayam mengandung protein tinggi yang baik untuk menunjang tumbuh kembang buah hati.

"Untuk ayam memang proteinnya sangat tinggi dan juga baik dalam menambah massa otot. Untuk pemilihan bagian daging ayam biasanya dada karena proteinnya bagus sekali untuk anak dan ibu hamil," katanya.

Titin menyampaikan dalam pengolahan ayam, Desa Banaran juga berkolaborasi dengan ahli gizi dari Puskesmas Delanggu untuk mengetahui cara masak yang baik lalu tambahan pangan yang mungkin diberikan.

Menambahkan penjelasan Titin, perawat Puskesmas Delanggu, Tri Wienarni menyampaikan, penyuluhan atau edukasi pemenuhan gizi terus diupayakan oleh posyandu kepada masyarakat agar bayi dan balita di Desa Banaran tumbuh dan berkembang secara optimal.

Baca juga: Cara Ikut Skrining Kesehatan Gratis Saat Ultah, Apa Bedanya dengan Skrining JKN?

Tantangan yang dihadapi Posyandu Dahlia

Di tengah tekad dan kerjasama yang dilakukan ibu-ibu kader Posyandu Dahlia dan tenaga kesehatan dari puskesmas dalam mendukung pemenuhan gizi, tak bisa dipungkiri mereka menemui tantangan atau kendala.

Dijelaskan oleh Ambar, tantangan datang ketika Posyandu Dahlia mendapati anak dalam kategori gizi kurang atau menuju stunting, namun ada orang tua tidak dapat menerima kondisi si kecil.

Tak jarang, makanan bergizi yang sudah disiapkan oleh para kader justru ditolak. Padahal, kader sudah menyiapkan menu 5 bintang dan didukung oleh Pemerintah Desa Banaran sekaligus Dinas Kesehatan melalui Puskesmas setempat.

"Sewaktu ada gizi kurang misalnya umur 4 tahun semestinya berat 14 kg, tapi masih 13 kg, itu biasanya orangtuanya malu untuk menerima kalau dikasih, ada yang nggak mau kalau anaknya disebut kurang gizi karena menganggap ini efek gen, jadi kalau anak mengalami masalah pertumbuhan dianggap udah keturunan, ya udah," ucap Ambar.

Meski demikian, Posyandu Dahlia bersama Puskesmas Delanggu tetap berupaya melakukan pendekatan dan memberikan makanan bergizi tepat sasaran atau mengalihkan pemberian pangan tambahan untuk anak lain di Desa Banaran.

Baca juga: Kemenkes Imbau Skrining Kesehatan Jiwa Minimal Setahun Sekali

Pentingnya asupan protein hewani untuk cegah stunting

Stunting atau tengkes masih menjadi momok atau persoalan yang perlu dituntaskan di Indonesia.

Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan pada Juni 2024, prevalensi stunting di Indonesia saat ini di angka 21,5 persen. Angka ini hanya turun 0,1 persen dari data Survei Status Gizi Balita Indonesia tahun 2022 yang nilainya sebesar 21,6 persen.

Padahal, stunting bisa dicegah dengan pemenuhan gizi yang baik bagi anak dalam 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) dimulai sejak janin terbentuk di dalam kandungan hingga dua tahun pertama.

Menurut Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Lovely Daisy mengatakan rendahnya asupan protein hewani termasuk salah satu faktor yang dapat menyebabkan stunting pada anak.

"Berdasarkan riset di 49 negara yang dilakukan pada 130.000 anak usia 6-23 bulan ini, ditemukan bahwa stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani," katanya pada temu media dalam memperingati Hari Gizi Nasional Januari lalu.

Untuk mengurangi risiko stunting, Daisy menekankan protein hewani yang harus dikonsumsi pada anak dalam kurun usia tersebut juga merupakan protein hewani yang bersumber dari berbagai sumber, seperti daging merah, telur, ikan, dan ayam.

Daisy menambahkan sumber protein hewani yang berbeda, bertujuan untuk melengkapi jenis asam amino esensial yang dibutuhkan pada saat anak mengalami masa emas tumbuh kembangnya yang juga terjadi dalam kurun waktu tersebut.

Mengingat pentingnya pemberian asupan protein hewani untuk anak, upaya yang dilakukan oleh Posyandu Dahlia bersama tenaga kesehatan Puskesmas Delanggu, Klaten, Jawa Tengah patut dijadikan contoh atau teladan bagi daerah-daerah lain guna mencegah stunting. 

Baca juga: Penjelasan Lengkap Aturan Susu Formula Bayi, Kemenkes: Dukung ASI Eksklusif

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau