KOMPAS.com - Dokter Azmi Fadhlih, sosok dokter muda yang juga dikenal sebagai influencer meninggal dunia secara mendadak pada usia 35 tahun. Berdasarkan informasi yang beredar, penyebab meninggalnya dokter Azmi diduga akibat aneurisma.
Aneurisma otak adalah kondisi ketika dinding pembuluh darah di otak melemah dan membentuk tonjolan atau benjolan seperti balon.
Tonjolan ini rentan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan di sekitar otak, yang dikenal sebagai stroke hemoragik.
Aneurisma yang pecah tergolong kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan cepat untuk mencegah kerusakan otak permanen atau kematian.
Untuk meningkatkan kewaspadaan, kita perlu mengetahui beberapa gejala atau kondisi yang terjadi ketika aneurisma pecah.
Baca juga: Kenali Aneurisma Otak, Masalah Pembuluh Darah yang Mengancam Jiwa
Aneurisma otak yang pecah adalah kondisi darurat medis yang dapat mengancam nyawa. Pecahnya aneurisma sering terjadi secara tiba-tiba tanpa disadari.
Namun, biasanya keluhan yang muncul adalah sakit kepala hebat secara tiba-tiba yang sering digambarkan sebagai sakit kepala terburuk dalam hidup.
Selain itu, penderita juga bisa mengalami mual, muntah, penglihatan kabur, kejang, hingga kehilangan kesadaran.
Gejala aneurisma pecah lainnya termasuk leher kaku, sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia), serta kelemahan atau mati rasa pada wajah atau anggota tubuh.
Pada beberapa kasus, aneurisma pecah dapat memicu stroke hemoragik, yang memperburuk kondisi pasien jika tidak segera ditangani.
Selain itu, perdarahan yang terjadi bisa memicu peningkatan tekanan di dalam tengkorak. Tekanan ini berpotensi menyebabkan kerusakan otak signifikan jika tidak segera ditangani.
Oleh karena itu, mengenali gejala sejak dini sangat penting untuk mencegah komplikasi fatal.
Jika Anda mendapati seseorang mengalami tanda-tanda tersebut, segera cari pertolongan medis darurat agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat.
Baca juga: 13 Faktor Penyebab Aneurisma Otak yang Harus Diwaspadai
Aneurisma pecah merupakan kondisi darurat medis yang membutuhkan penanganan segera untuk mencegah kerusakan otak permanen atau kematian.
Disarikan dari Mayo Clinic dan Healthline, penanganan dimulai dengan stabilisasi kondisi pasien. Langkah awal ini melibatkan pemberian oksigen untuk memastikan pasokan yang cukup ke otak, pengontrolan tekanan darah agar perdarahan tidak memburuk, dan pemberian cairan serta elektrolit melalui infus untuk menjaga stabilitas tubuh pasien.
Setelah kondisi pasien stabil, tindakan medis untuk menghentikan perdarahan harus segera dilakukan. Ada dua prosedur utama yang umum digunakan, yaitu operasi kliping dan endovaskular coiling.
Operasi kliping dilakukan dengan membuka tengkorak kepala untuk mencapai lokasi aneurisma, kemudian memasang klip kecil pada pangkal aneurisma untuk memutus aliran darah dan mencegah perdarahan lebih lanjut.
Sementara itu, endovaskular coiling adalah prosedur yang lebih minim invasif, di mana dokter memasukkan kateter melalui pembuluh darah besar di pangkal paha menuju otak.
Gulungan kecil berbahan logam (coil) dimasukkan ke dalam aneurisma untuk menghentikan aliran darah di dalamnya.
Setelah prosedur untuk menghentikan perdarahan selesai, pasien tetap memerlukan pemantauan intensif di rumah sakit karena risiko komplikasi yang masih bisa muncul.
Baca juga: 7 Penyebab Stroke Pendarahan Otak, Bisa Hipertensi sampai Aneurisma
Salah satu komplikasi umum adalah vasospasme, yaitu penyempitan pembuluh darah di otak yang dapat menghambat suplai darah ke jaringan otak.
Dokter biasanya memberikan obat-obatan untuk melebarkan pembuluh darah dan menjaga aliran darah tetap lancar.
Selain itu, pasien juga berisiko mengalami hidrosefalus, yaitu penumpukan cairan di dalam rongga otak. Jika terjadi, penanganan dilakukan dengan memasang saluran drainase untuk mengalirkan kelebihan cairan.
Risiko kejang juga sering terjadi setelah aneurisma pecah, sehingga obat anti-kejang mungkin diberikan sebagai langkah pencegahan.
Pasien yang selamat dari aneurisma pecah sering kali memerlukan rehabilitasi untuk memulihkan fungsi tubuh yang terdampak.
Proses rehabilitasi mencakup terapi fisik untuk membantu memulihkan kemampuan gerak, terapi okupasi untuk melatih keterampilan sehari-hari, serta terapi bicara jika kemampuan berbicara atau menelan terganggu.
Lamanya rehabilitasi bergantung pada tingkat kerusakan otak dan respons pasien terhadap pengobatan.
Baca juga: 5 Penyebab Penglihatan Ganda, Mata Kering hingga Aneurisma Otak