Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Aneurisma Otak, Masalah Pembuluh Darah yang Mengancam Jiwa

Kompas.com - Diperbarui 17/12/2024, 09:20 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Aneurisma otak adalah suatu kelemahan pada pembuluh darah di otak yang menggelembung dan terisi darah. Kondisi ini mengakibatkan timbulnya tonjolan di pembuluh darah dan berisiko pecah (ruptur) di kemudian hari.

Dokter spesialis saraf dr. Beny Rilianto Sp.N, Subsp.NIOO(K), FINA, M.Epid. menganalogikan aneurisma otak dengan balon yang semakin lama kian membesar sehingga akan mencapai batas tertentu dan seiring waktu dapat pecah.

Baca juga: 7 Penyebab Stroke Pendarahan Otak, Bisa Hipertensi sampai Aneurisma

Faktor risiko penyebab aneurisma otak, antara lain genetika, hipertensi, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan kondisi sindrom tertentu seperti sindrom Ehlers-Danlos.

Wanita juga lebih berisiko mengalami aneurisma dibandingkan pria dengan rasio sekitar dua banding satu.

Secara umum, aneurisma otak terbagi dalam dua kelompok utama, yakni aneurisma yang pecah (ruptur) dan yang tidak pecah (non-ruptur).

Aneurisma otak yang pecah menjadi kondisi serius dan perlu diwaspadai, karena dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, terutama jika pecah.

Benny menjelaskan, bahaya aneurisma otak adalah dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid atau suatu bentuk serangan stroke. Hal ini biasanya ditandai dengan sakit kepala hebat dan penurunan kesadaran.

Dikutip dari Mayapada Hospital, gejala lain berupa penglihatan ganda, mual muntah, sulit berbicara, sulit berjalan, lemah atau lumpuh pada salah satu sisi tubuh, dan kejang.

Seseorang yang mengalami gejala aneurisma otak memerlukan penanganan segera untuk mencegah risiko kecacatan.

Baca juga: 5 Penyebab Penglihatan Ganda, Mata Kering hingga Aneurisma Otak

 

Sementara itu, aneurisma yang tidak pecah umumnya tidak menimbulkan gejala, sehingga beberapa orang memiliki aneurisma di otaknya tanpa pernah menyadarinya.

"Nah untuk aneurisma yang tidak pecah ini, beberapa kasus memang tidak ada gejala, kalau aneurisma belum pecah. Namun, ada beberapa kondisi jika aneurismanya ini terletak pada area-area tertentu di otak, dia bisa mengakibatkan adanya muncul gejala, karena akibat efek desakan dari aneurisma," ungkap Beny, seperti ditulis Antara, Kamis (5/9/2024).

Walaupun belum tentu dia pecah, beberapa kasus itu yang paling sering adalah gangguan pada gerakan bola mata," imbuhnya.

Dalam banyak kasus, aneurisma baru terdeteksi melalui pencitraan medis, seperti neuroimaging, yang membantu dokter dalam mengidentifikasi potensi risiko dan menentukan langkah penanganan lebih lanjut.

Baca juga: Tanda-tanda Aneurisma Otak yang Harus Diwaspadai

Riwayat keluarga jadi faktor utama

Sementara, untuk orang yang memiliki riwayat keluarga yang pernah menderita aneurisma otak, terutama jenis ruptur (pecah), dokter Benny menganjurkan untuk periksa secara rutin.

Benny mengatakan, faktor genetik adalah faktor risiko kuat pada aneurisma otak. Jadi, skrining atau pemeriksaan untuk mendeteksi ada atau tidaknya aneurisma otak tidak cukup hanya dilakukan sekali, tetapi harus beberapa kali dalam kurun waktu tertentu.

“Untuk mengevaluasi (ada atau tidaknya aneurisma otak), tidak cukup sekali. Apalagi ketika belum ada gejala dan pasien masih muda. Tidak menjamin pada saat dia periksa (pertama kali) tidak ada aneurisma. Mungkin ada, dia sudah punya bakat, tapi tonjolan baru menjadi membesar beberapa tahun kemudian,” katanya.

Apabila salah satu anggota keluarga sedarah pernah menderita aneurisma berjenis ruptur atau pecah, Beny mengatakan bahwa tingkat risiko seseorang bisa mengalami penyakit tersebut mencapai 10 persen.

“Jadi banyak faktor yang salah satunya itu genetik. Genetik memang di luar kendali kita. Jadi, kita hanya bisa mengontrol faktor risiko yang lainnya, salah satu cara untuk mencegah terjadi aneurisma,” kata dia.

Beny mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati apabila terdapat anggota keluarga yang tiba-tiba mengalami nyeri kepala hebat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Gejala ini bisa dicurigai sebagai aneurisma yang pecah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau