KOMPAS.com - Hidup di lingkungan yang sudah modern membuat kita sulit terhindar dari suara-suara bising. Dalam jangka panjang, polusi suara ini ternyata berdampak negatif pada mental.
Suara dengan skala lebih dari 80 desibel bisa dianggap sebagai suara bising. Suara dengan intesitas tersebut bisa berasal dari suara penyedot debu (vacuum cleaner), suara blender, atau lalu lintas yang padat.
Banyak negara menerapkan aturan keselamatan kerja yang menyatakan bahwa tingkat paparan kebisingan dengan skala 80 desibel maksimal 8 jam sehari.
Paparan suara bising bukan hanya berdampak pada pendengaran, tapi juga kesehatan mental, termasuk kemampuan untuk fokus.
Menurut psikolog dan pakar audio Charis Koh dari Singapura, bawah sadar kita mengaitkan suara bising dengan bahaya.
Ketika kita berulang kali mendengar suara bising, terutama yang dikaitkan dengan bahaya seperti teriakan, kita menjadi sangat waspada dan tubuh tidak akan pernah sepenuhnya tenang.
Baca juga: Begini Proses Headphone Merusak Pendengaran
"Sistem auditori melindungi kita dari bahaya. Tubuh kita akan stres jika kita terpapar polusi suara bising," kata Koh.
Dalam waktu singkat, paparan terhadap suara-suara bising dapat memengaruhi kemampuan kita untuk mendengar orang lain.
“Dalam jangka pendek, untuk mencoba menjauh dari stres yang berasal dari kebisingan, kita mengembangkan respons stres untuk mengabaikannya. Ketika kita mengabaikan suara, itu membuat kita kurang peka terhadap ucapan juga,” kata konsultan psikolog klinis Dr Roy Chan.
Hal itu akan mengurangi kemampuan kita memahami, mengingat informasi, dan berkomunikasi. Kita ibarat mendengar radio dengan banyak gangguan statis.
Efek kebisingan makin parah dalam jangka waktu yang lebih lama, bahkan jika paparannya adalah suara yang mungkin tidak terdengar "terlalu keras".
Penelitian juga menunjukkan bahwa "gangguan kebisingan" (biasanya sekitar 50 hingga 70 desibel dan mirip dengan gemuruh mesin cuci atau dengkuran keras) juga memengaruhi kesehatan mental kita.
Baca juga: Mengapa Alam Jadi Kunci Pencegahan Penyakit Kronis
Ini makin menguatkan bukti bahwa keheningan juga dibutuhkan untuk menjaga kesehatan mental.
“Gangguan kebisingan yang berulang dapat meningkatkan risiko paparan hormon stres yang lebih tinggi, yang terkait dengan berbagai gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, masalah perilaku dan pembelajaran pada anak-anak," kata psikolog klinis Eunice Seah.
Paparan suara keras dalam waktu lama dapat mengurangi "rentang dinamis" seseorang. Ini berarti persepsi mereka terhadap suara terganggu dan mungkin tidak dapat menoleransi suara yang cukup keras dan tidak nyaman.