Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Kesehatan Dorong Penerapan Tobacco Harm Reduction, Apa Itu?

Kompas.com - 25/01/2025, 13:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Pakar kesehatan dunia mendorong penerapan konsep pengurangan risiko tembakau atau tobacco harm reduction (THR) untuk mengurangi prevelensi orang merokok.

"Itu mereka ungkap melalui organisasi kesehatan global, Global Health Consults dengan menerbitkan laporan penyelamatan jiwa (lives saved report)," kata Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) Assoc. Prof. Ronny Lesmana yang turut berkontribusi pada laporan tersebut, seperti dikutip Antara pada Sabtu (25/1/2025).

Ronny menjelaskan bahwa konsep THR telah diterapkan di negara-negara berpendapatan tinggi, seperti Swedia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

Hasilnya, kata dia, jutaan orang telah terbantu beralih dari rokok ke alternatif yang lebih rendah risiko.

"Pengguna THR di negara-negara ini sudah sadar akan dampak dan manfaat THR dalam membantu mereka berhenti merokok," ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa penerapan konsep THR dapat menyelamatkan hingga 4,6 juta nyawa pada 2060, dengan penurunan kematian mencapai 123.000 jiwa per tahun.

Baca juga: Rokok Elektrik Apakah Sehat? Ketahui Ini Kandungannya...

Apa itu konsep THR?

Konsep pengurangan risiko tembakau atau THR adalah pendekatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko kesehatan dan sosial yang berkaitan dengan kebiasaan atau penggunaan zat tertentu.

Metode yang digunakan adalah dengan memberikan perokok aktif alternatif pilihan yang lebih aman sebagai upaya untuk mengurangi risiko (harm reduction).

Namun demikian, untuk mencapai hal ini, Indonesia perlu mendorong pemanfaatan produk alternatif rendah risiko dan memperkuat layanan pengobatan kanker paru-paru.

Baca juga: Pengeluaran Keluarga untuk Rokok Hampir Setara Biaya Protein Hewani

Jumlah perokok di Indonesia

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia sebagai negara dengan konsumsi rokok tertinggi kedua di dunia, dengan sekitar 300.000 kematian akibat rokok setiap tahunnya.

Diproyeksikan angka prevalensi orang merokok di Indonesia akan meningkat dari 31,7 persen pada 2000 menjadi 37,5 persen pada 2025.

Ronny berharap bahwa konsep THR dapat diimplementasikan ke dalam kebijakan publik di Indonesia yang berorientasi pada kesehatan masyarakat.

"Alternatif yang lebih rendah risiko untuk mendorong peralihan, ataupun berhenti sama sekali patutnya mendapat perhatian lebih dari sisi kebijakan,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantha Prof. Dr. Wahyu Widowati mengungkapkan bahwa pemerintah perlu menyusun regulasi yang berbasis ilmiah untuk menangani masalah orang merokok dengan lebih efektif.

Lalu, Wahyu mendesak agar penelitian lebih lanjut mengenai produk alternatif rokok rendah risiko dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat sekaligus akan mendukung kebijakan pengendalian rokok yang lebih baik.

"THR ini menjadi alternatif yang baik untuk mendorong konsep pengurangan bahaya. Harus terus didorong penelitian yang lebih banyak agar semakin menggambarkan manfaat yang bisa diambil," pungkas Wahyu.

Baca juga: Anggota DPR Usulkan Cukai Rokok untuk Pembiayaan Program MBG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau