Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2025, 10:30 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Pola buang air besar dapat memberi informasi berharga tentang apa yang terjadi di dalam tubuh. Namun, banyak orang khawatir bahwa mereka buang air besar terlalu sering atau takut tidak normal karena tak BAB setiap hari.

Seberapa sering seseorang buang air besar bisa berbeda-beda. Beberapa orang buang air besar dua kali sehari sementara yang lain mungkin melakukannya tiga kali seminggu. Sementara itu seseorang dianggap mengalami sembelit jika BAB kurang dari tiga kali seminggu.

"Orang sering khawatir jika mereka tidak buang air besar setiap hari, pasti ada yang tidak beres. Padahal BAB tiga kali sehari atau seminggu tiga kali juga bisa disebut normal," kata Dr Folasade P May, ahli gastroenterologi di Universitas California di Los Angeles (UCLA).

Ia menambahkan, selain frekunesinya, penting untuk memperhatikan konsistensi bentukan tinja (tidak terlalu keras, menggumpal, atau encer) atau pun bagaimana rasanya saat buang air besar (tidak terlalu nyeri atau sulit).

Baca juga: Kapan Sembelit pada Anak Perlu Dikhawatirkan?

Kebiasaan "ke belakang" yang normal melibatkan buang air besar secara teratur dan nyaman. Namun, kebiasaan buang air besar yang “normal” sangat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya.

Kotoran yang encer menunjukkan bahwa kotoran tersebut bergerak melalui usus besar dengan sangat cepat, biasanya akibat iritasi, seperti infeksi atau sumber peradangan lainnya.

Kondisi yang perlu diwaspadai

Jika kita sering mengalami nyeri, mengejan, butuh lebih dari satu menit untuk ke toilet, atau merasa tidak pernah tuntas, mungkin kita perlu waspada.

Terlebih jika kita mendapati ada bercak darah di feses, perubahan pola BAB secara mendadak, atau penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan, segera periksakan ke dokter.

Kondisi tersebut bisa menjadi tanda adanya kondisi lebih serius, termasuk penyakit peradangan perut, penyakit celiac, atau kanker kolorektal.

Pola buang air besar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk asupan cairan, usia (sembelit lebih banyak dialami lansia), tingkat aktivitas, serta pola makan apakah cukup serat atau tidak.

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Kita Kekurangan Serat? Ini Penjelasannya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dedi Mulyadi Temukan Sungai di Bekasi Dibeton Jadi Ruko, Siap DIbongkar!
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau