KOMPAS.com - Kebiasaan jajan pada anak kerap membuat para orangtua geleng kepala. Berbagai cara sudah dilakukan orangtua untuk mengalihkan kebiasaan ini, namun sering kali tidak membuahkan hasil. Anak masih tetap merengek minta jajan.
Orangtua kerap bertanya sebetulnya apa yang membuat buah hatinya suka jajan. Menurut psikolog anak, Dr. Rosemini A.P., M.Psi, sedikitnya ada 3 hal yang membuat anak suka jajan. Penyebab ini bersumber pada indera penglihatan dan perasa.
"Jajanan umumnya berharga lebih murah, berwarna menarik, enak di mulut, dan mudah dimakan," ujarnya pada Seminar Guru, Sehatnya Duniaku : Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi pada Sabtu (27/7) di Jakarta.
Hal ini didukung penelitian pada 2009. Penelitian ini membuktikan, 84 persen siswa sekolah dasar membeli jajan karena rasanya enak. Sedangkan 37 persen membeli jajanan yang disertai saus merah.
Disadari atau tidak, kebiasaan jajan pada anak merupakan hasil pembelajaran pada lingkungan sekitar. Rosemini mengatakan, pikiran anak masih sangat sederhana. Mereka akan mencontoh apa yang dilihatnya sehari-hari. Bila orang dewasa, misal orangtua dan guru, terbiasa jajan maka anak akan melakukan hal sama.
Sementara bila orangtua dan guru tidak sering jajan, hal yang sama akan terjadi pada anak. "Pendidik dan orangtua harus menjadi contoh. Pemberian contoh merupakan cara belajar yang efektif bagi anak," kata Rosemini.
Kebiasaan jajan semakin diperparah dengan tidak tersedianya panganan sehat. Padahal anak sangat membutuhkan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal ini didukung studi pada 2009 yang menyatakan, hanya 39 persen siswa yang membawa bekal dari rumah.
Akibatnya, anak tidak punya pilihan dan terpaksa makan jajanan bergizi minim tersebut. Dari penelitian beberapa sekolah dasar di Jakarta pada 2009 menyatakan, 68 persen siswa pernah jajan di luar pagar sekolah. Sebanyak 16 persen mengaku jajan di tempat yang sama 5-6 kali seminggu.
Rosemini menyarankan orangtua dan pendidik mengurangi kebiasaan jajan terlebih dulu. "Dengan cara ini lebih mudah mengajari anak tidak jajan sembarangan," kata Rosemini.
Selanjutnya orangtua harus memberi bekal dan mengajak anak sarapan sebelum ke sekolah. Bila perut sudah kenyang, maka anak tidak tertarik lagi dengan aneka jajanan yang dihidangkan. Bekal yang cukup juga mengurangi keinginan anak mengkonsumsi berbagai jajanan yang masih diragukan kesehatannya.
Orangtua jangan pelit
"Seberapa besar anda memberi uang saku anak? Kalau terlalu kecil jangan harap anak bisa membeli jajanan yang bergizi," kata Rosemini. Rosemini tidak menyanggah, jajanan yang bergizi kemungkinan berharga lebih mahal.
Karena itu sebelum memberikan uang pada anak, Rosemini menyarankan orangtua mengetahui 2 hal yaitu
1. Ketahui jajanan yang dijual di sekolah
Orangtua bisa menanyakan pada anak apa saja yang dijual di sekolahnya. Selanjutnya tanyakan pada anak, apa yang hendak ia beli. Sebelumnya patikan orangtua mengetahui jajanan tersebut aman dan bergizi bagi anak.
2. Cari tahu harga jajanan
Hal ini untuk menyesuaikan dengan jumlah uang saku yang diberikan. Orangtua bisa memperkirakan, bila ingin anak menikmati hidangan yang bergizi maka berapa uang saku yang diberikan. "Jangan pelit sama anak. Kalau uang saku terlalu sedikit, mungkin anak memang hanya bisa beli cireng," kata Rosemini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.