Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Penggumpalan Darah Pasca Operasi Ortopedik

Kompas.com - 07/07/2009, 11:45 WIB

KOMPAS.com — Penggumpalan darah di pembuluh vena (venous thromboembolism) atau VTE merupakan penyakit kardiovaskular paling umum ketiga setelah penyakit jantung dan stroke. Berbeda dengan dua penyakit tersebut, VTE biasanya terjadi setelah operasi bedah ortopedik.

Menurut spesialis jantung dan kardiovaskular, dr RWM Kaligis, sekitar 40-60 persen pasien yang menjalani bedah ortopedik mayor, seperti bedah penggantian sendi pinggul (total hip replacement/THR) atau penggantian sendi lutut total, akan mengalami pembekuan darah (VTE) bila tidak mendapat tindakan pencegahan.

"Tindakan pencegahan penting dilakukan, terutama untuk pasien yang memiliki faktor risiko tinggi," kata Kaligis. Dijelaskan olehnya, ada tiga faktor utama pemicu VTE, yakni ada cedera pada pembuluh darah, perlambatan aliran darah dan adanya bakat penggumpalan darah (hiper koagulitas).

Pasien operasi ortopedik memiliki ketiga faktor pemicu tersebut, terutama karena aliran darah yang tertahan di luka, terjadi cedera pada dinding pembuluh darah akibat vena dan otot ditarik selama operasi dan aliran darah yang statis selama anastesi.

Selain pasien pasca bedah ortopedik, VTE juga bisa terjadi akibat benturan benda tumpul, misalnya pada korban kecelakaan, usia lanjut, kurang bergerak, atau pasien lumpuh.

VTE bisa terjadi dalam bentuk trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/DVT), biasanya terjadi di bagian tungkai kaki. VTE juga bisa terjadi pada emboli paru yang disebut dengan pulmonary embolism/PE. Hal tersebut terjadi karena gumpalan darah yang pecah terbawa mengikuti alirah darah sehingga menyumbat sirkulasi darah. Selain merusak paru-paru dan organ vital, PE juga bisa berakibat fatal, yakni kematian.

VTE seringkali terjadi tanpa diketahui secara klinis dan sulit didiagnosis. "Gejala yang terjadi pada DVT atau PE hampir sama dengan kondisi lain, sehingga membuat diagnosis agak sulit," papar Kaligis.

Gejala DVT antara lain nyeri tungkai, nyeri bila disentuh, kram, kulit kemerahan, dan bengkak pada sebelah kaki. Sedangkan PE memiliki gejala tiba-tiba tidak dapat bernapas, batuk darah, nyeri dada, atau pingsan. "PE dapat dengan cepat menjadi fatal," kata dokter dari RS Jantung Harapan Kita ini.

Meski demikian, pasien tidak perlu khawatir melakukan operasi ortopedik. Operasi tetap perlu dilakukan untuk pasien usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. "Daripada tidak bisa jalan, lebih baik dilakukan operasi THR atau sendi lutut," kata DR dr Andri Lubis, SpOT dari RSCM Jakarta.

Menurut Andri, kebanyakan pasien pasca operasi ortopedik menderita VTE setelah pulang ke rumah. Karena itu, untuk mencegah VTE, pasien dengan risiko tinggi perlu diberi terapi pencegah penggumpalan darah, baik berupa injeksi untuk pasien rawat inap, atau tablet oral untuk pasien pasca operasi yang sudah pulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com