Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ada 17.000 Kasus Baru Tiap Tahun

Kompas.com - 30/08/2010, 15:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Masih ada 17.000-18.000 kasus kusta baru tiap tahun dan belum ada kecenderungan menurun sejak tahun 2000. Di sejumlah provinsi, jumlah penderita kusta masih tinggi. Padahal, beban yang ditimbulkan oleh penyakit lama tersebut sangat besar karena dapat menimbulkan kecacatan.

Demikian terungkap dalam "Pertemuan Aliansi Nasional Eliminasi Kusta dan Eradikasi Frambusia", Senin (30/8/2010). Indonesia telah mencapai eliminasi pada tingkat nasional karena prevalensi kurang dari 1 per 10.000 penduduk pada tahun 2000. "Hanya saja, jumlah penderita masih terbilang tinggi," ujar Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam sambutannya.

Menurut data Kementerian Kesehatan, terdapat 14 provinsi dengan jumlah kasus kusta tinggi. Empat provinsi yakni Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Di daerah-daerah itu ada lebih dari 1.000 kasus per tahun.

Selain itu, kasus anak dan kasus dan kasus baru kusta dengan kecacatan tingkat dua juga tinggi. Di Indonesia, kusta pada anak 11,4 persen dan kasus baru dengan cacat tingkat dua 9,56 persen pada tahun 2009.

Dia mengatakan, keberadaan penyakit seperti kusta sangat terpengaruh kemajuan pembangunan. Program pengendalian kusta dengan multi-drug therapy telah berhasil menurunkan sekitar 80 persen jumlah penderita dari tahun 1990 hingga tahun 2009.

Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi yang diakibatkan bakteri Mycobacterium leprae. Kusta termasuk penyakit menular yang penularannya sulit. Kondisi tubuh yang lemah serta kontak terus-menerus dalam waktu lama memudahkan penularan kusta. Namun, kusta dapat diobati. Gejala awal kusta, antara lain, kelainan kulit berupa bercak putih, seperti panu atau bercak kemerahan yang mati rasa, tidak ditumbuhi bulu, tidak mengeluarkan keringat, tidak gatal, dan tidak sakit.

Gejala lanjut ditandai kecacatan, seperti tidak bisa menutup mata, bahkan sampai buta, mati rasa pada telapak tangan, serta jari-jari kiting (kaku melingkar), memendek, bahkan putus. Cacat kusta terjadi karena kuman menyerang saraf. Kondisi itu ditemui pada pengidap yang terlambat ditemukan dan diobati. (INE)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com