Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

24 Provinsi Endemik Rabies

Kompas.com - 16/09/2010, 03:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Saat ini ada 24 provinsi endemik rabies. Di daerah-daerah itu sudah ditemukan rabies, baik pada hewan maupun manusia. Demikian diungkapkan Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Rita Kusriastuti, Selasa (14/9) di Jakarta.

Menurut Rita, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, saat ini daerah yang kasus rabiesnya tinggi adalah Nusa Tenggara Timur dan Bali yang semula bebas rabies.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies dua tahun terakhir meningkat signifikan.

Baca juga: Fanny Kondoh, Istri Presdir Marugame Udon, Positif Hamil Setelah Suami Meninggal

Pada 2008 terjadi 20.926 kasus gigitan hewan penular rabies dan 104 orang meninggal. Pada 2009, jumlah gigitan 42.106 kasus dan korban meninggal 137 orang. Tahun ini, hingga Agustus, jumlah gigitan hewan penular rabies 40.180 kasus dan meninggal 113 orang.

Tingginya lalu lintas hewan dan manusia merupakan salah satu faktor yang memengaruhi meluasnya rabies. Sebesar 98 persen rabies di Indonesia ditularkan oleh anjing.

”Pada awalnya, pergerakan hewan pembawa rabies, terutama anjing, berpengaruh terhadap perluasan rabies ke daerah yang semula tidak ada kasus rabies. Konsumsi daging anjing juga berpengaruh karena kadang-kadang anjing-anjing dari berbagai tempat dikumpulkan terlebih dahulu di suatu tempat,” ujarnya.

Baca juga: Profil Tjhai Chui Mie, Wali Kota Perempuan Tionghoa Pertama di Indonesia, Kembali Pimpin Singkawang

Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Agus Wiyono mengatakan, daerah yang mobilitas orang dan hewannya tinggi juga rawan terhadap rabies. Misalnya, para nelayan yang membawa anjing saat melaut serta para pedagang antarpulau yang singgah dengan anjingnya.

Kebiasaan masyarakat

Kebiasaan masyarakat , seperti adu bagong (adu antara anjing dan babi hutan) di Jawa Barat serta kegiatan perburuan menggunakan anjing di Sumatera Barat juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit itu.

Baca juga: Prabowo Akan Lantik Pejabat Sore Ini, Reshuffle Kabinet?

”Begitu ada satu anjing berpenyakit rabies dan menggigit anjing lain, apalagi yang liar, penularan akan sangat cepat. Banten dan Jawa Barat tadinya sudah bebas rabies, tetapi kini kembali ditemukan kasus,” ujarnya.

Agus mengatakan, kunci penanganan zoonosis, seperti rabies, ialah melakukan deteksi awal, pelaporan, dan respons yang cepat.

Rita mengungkapkan, penyakit rabies memang mematikan jika tidak segera ditangani. Untuk itu, seseorang yang digigit hewan penderita rabies harus segera mencuci luka dengan air mengalir dan sabun atau detergen 10-15 menit. Luka diberi antiseptik atau alkohol 70 persen dan korban dibawa ke puskesmas, rumah sakit, atau ke dokter untuk pengobatan. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trump Salahkan Biden karena Tak Segera Hentikan Perang Rusia-Ukraina
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau