Menurut Rita, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, saat ini daerah yang kasus rabiesnya tinggi adalah Nusa Tenggara Timur dan Bali yang semula bebas rabies.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies dua tahun terakhir meningkat signifikan.
Baca juga: Fanny Kondoh, Istri Presdir Marugame Udon, Positif Hamil Setelah Suami Meninggal
Pada 2008 terjadi 20.926 kasus gigitan hewan penular rabies dan 104 orang meninggal. Pada 2009, jumlah gigitan 42.106 kasus dan korban meninggal 137 orang. Tahun ini, hingga Agustus, jumlah gigitan hewan penular rabies 40.180 kasus dan meninggal 113 orang.
Tingginya lalu lintas hewan dan manusia merupakan salah satu faktor yang memengaruhi meluasnya rabies. Sebesar 98 persen rabies di Indonesia ditularkan oleh anjing.
”Pada awalnya, pergerakan hewan pembawa rabies, terutama anjing, berpengaruh terhadap perluasan rabies ke daerah
Baca juga: Profil Tjhai Chui Mie, Wali Kota Perempuan Tionghoa Pertama di Indonesia, Kembali Pimpin Singkawang
Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Agus Wiyono mengatakan, daerah yang mobilitas orang dan hewannya tinggi juga rawan terhadap rabies. Misalnya, para nelayan yang membawa anjing saat melaut
Kebiasaan masyarakat , seperti adu bagong (adu antara anjing dan babi hutan) di Jawa Barat serta kegiatan perburuan menggunakan anjing di Sumatera Barat juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit itu.
Baca juga: Prabowo Akan Lantik Pejabat Sore Ini, Reshuffle Kabinet?
”Begitu ada satu anjing berpenyakit rabies dan menggigit anjing lain, apalagi yang liar, penularan akan sangat cepat. Banten dan Jawa Barat tadinya sudah bebas rabies, tetapi kini kembali ditemukan kasus,” ujarnya.
Agus mengatakan, kunci penanganan zoonosis, seperti rabies, ialah melakukan deteksi awal, pelaporan, dan respons yang cepat.
Rita mengungkapkan, penyakit rabies memang mematikan jika tidak segera ditangani. Untuk itu, seseorang yang digigit hewan penderita rabies harus segera mencuci luka dengan air mengalir dan sabun atau detergen 10-15 menit. Luka diberi antiseptik atau alkohol 70 persen dan korban dibawa ke puskesmas, rumah sakit, atau ke dokter untuk pengobatan.