KOMPAS.com - Psikolog klinis, Teresa Indira Andani M.Psi, mengungkapkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah perilaku menghilang tiba-tiba tanpa kabar (ghosting) serta kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dikutip dari Antara, Selasa (18/2/2025), Teresa mengungkapkan bahwa ghosting merujuk pada tindakan seseorang yang mengakhiri komunikasi secara tiba-tiba tanpa penjelasan kepada pasangannya.
Dalam konteks kehidupan pernikahan dan rumah tangga, istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan seseorang yang meninggalkan pasangannya tanpa alasan yang jelas.
Baca juga: 4 Penyebab Sexless Marriage dan Dampaknya untuk Pasangan Suami-istri
Menurut Teresa, perilaku ghosting sering kali muncul akibat kurangnya keterampilan komunikasi yang sehat dan ketidakmampuan individu dalam menghadapi konflik.
Ia menambahkan bahwa individu yang cenderung melakukan ghosting biasanya merasa kesulitan untuk membangun keintiman emosional dan memilih menghindar daripada menghadapi permasalahan secara langsung.
"Pasangan tidak terbiasa menyelesaikan masalah dengan sehat cenderung menutup diri (stonewalling) atau menghilang untuk menghindari ketegangan," ujar Teresa.
Baca juga: Solidaritas Pemain Bajaj Bajuri Kuat, Rieke Diah Pitaloka Pastikan Anak Fanny Fadillah Tetap Sekolah
"Beberapa orang merasa tidak siap menghadapi percakapan sulit, terutama dalam keputusan besar seperti perceraian, sehingga memilih memutus komunikasi tanpa penjelasan," tambahnya.
Lebih lanjut, Teresa menekankan bahwa kemampuan berkomunikasi secara sehat mencerminkan kematangan emosional seseorang.
Menurutnya, orang yang belum matang secara emosional cenderung menghindari tanggung jawab dalam hubungan, termasuk menyelesaikan konflik dan mengakhiri hubungan dengan cara yang bertanggung jawab.
Selain itu, Teresa menyebutkan bahwa faktor sosial dan budaya juga turut memengaruhi kemampuan individu untuk secara terbuka mengungkapkan keinginannya untuk berpisah.
Tekanan sosial ini membuat beberapa orang memilih menghindari percakapan langsung dengan pasangan, yang dapat berujung pada ghosting.
Baca juga: 5 Efek Pernikahan Tidak Bahagia untuk Kesehatan Mental dan Fisik
Tak hanya itu, masalah komunikasi yang buruk antara pasangan juga berpotensi menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Ketimpangan kekuasaan yang cenderung menguntungkan pihak laki-laki dapat membuat perempuan merasa tertekan dan tidak mampu menyampaikan keinginan mereka dengan bebas. Hal ini, menurut Teresa, membuka peluang munculnya kekerasan dalam rumah tangga.
Teresa menekankan pentingnya membangun komunikasi yang terbuka dan sehat sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya ghosting maupun KDRT.
"Pasangan perlu membangun komunikasi terbuka, belajar mengelola konflik dengan sehat, dan memiliki kesiapan emosional sebelum menikah," ungkapnya.