Amanda Putri Nugrahanti
Jangan sepelekan penyakit flu yang tampaknya biasa. Demikian juga jika bagian tubuh tertentu kerap merasa kebas, kesemutan, atau nyeri. Bisa jadi itu tanda-tanda awal terjadinya sindrom Guillain-Barré, yaitu saat sistem kekebalan tubuh justru menjadi jahat dan menyerang tubuh.
Sindrom Guillain-Barré atau SGB kerap juga disebut radang polineuropati demyelinasi akut (acute inflammatory demyelinating polyneuropathy
Penyakit itu dapat menyerang siapa saja. Belum ada yang bisa memprediksi kedatangannya, progresnya, hingga tingkat keparahannya. Pernah terjadi, dokter ahli saraf dan penyakit dalam pun meninggal karena sindrom ini.
Georges Guillain, Jean-Alexandre Barré, dan André Strohl menemukan sindrom tersebut pada tahun 1916. Mereka mendiagnosis dua tentara yang menunjukkan keabnormalan pada peningkatan produksi spinal fluid protein.
Saat ini diagnosis SGB dapat dilakukan dengan menganalisis cairan otak. Kenaikan jumlah sel darah putih pada cairan otak mengindikasikan terjadinya infeksi. Selain itu, bisa juga dilakukan dengan electrodiagnostic, yaitu dengan memeriksa normal tidaknya konduksi sel-sel saraf.
Kasus SGB terakhir terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Pasien RS Islam Sultan Agung, Semarang, bernama Susanti (28) akhirnya meninggal dunia karena sindrom ini. Serangan SGB yang diderita Susanti rupanya sudah parah hingga menyerang otot paru-parunya dan menyebabkan infeksi. Kondisinya terus menurun, dan Susanti tidak tertolong lagi.
Angka kejadian SGB tergolong kecil, 1:100.000. Di RSUP dr Kariadi (RSDK) Semarang, setiap tahun rata-rata ditemukan sekitar lima sampai tujuh kasus. Dari sejumlah pasien itu, ada yang bisa sembuh, ada yang tidak.
Spesialis saraf Amien Husni dari RSDK Semarang menjelaskan, hingga kini penyebab dari penyakit autoimun tersebut masih tidak diketahui. Demikian juga pemicunya.