Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Hadapi Gizi Buruk dan Obesitas

Kompas.com - 10/11/2011, 03:34 WIB

Jakarta, Kompas - Indonesia menghadapi malagizi (malnutrisi) anak yang berlawanan. Sebagian anak kurang gizi atau gizi buruk, sebagian lain kelebihan gizi atau obesitas. Keduanya memengaruhi kecerdasan dan kualitas manusia Indonesia, yang kini peringkatnya di bawah sejumlah negara ASEAN.

”Gangguan kecerdasan akibat kurang gizi berdampak seumur hidup, sedangkan kelebihan gizi sementara,” kata Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja RSU Dr Soetomo, Ahmad Suryawan, Rabu (9/11), di Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan, prevalensi anak balita dengan berat kurang akibat kurang gizi 17,9 persen, kependekan 35,6 persen, kekurusan 13,3 persen, dan kegemukan 14 persen. Gangguan pertumbuhan anak balita itu sejak usia 6 bulan.

Gangguan pertumbuhan berupa berat kurang, kependekan, dan kekurusan banyak dialami anak di desa, orangtua berpendidikan rendah, serta anak petani, nelayan, atau buruh.

Sebaliknya, kegemukan dominan pada anak perkotaan yang orangtuanya mapan. Pendidikan orangtua kurang berpengaruh.

Kurang gizi memengaruhi perkembangan otak anak. Nutrisi seimbang, lanjut Suryawan, penting untuk membentuk sel otak. Pertumbuhan otak mencapai 80 persen pada usia di bawah 2 tahun dan mencapai 95 persen pada umur 6 tahun.

Suryawan mengingatkan, nutrisi saja tak cukup. Untuk membentuk jaringan antarsel otak butuh stimulus yang baik. Pada banyak kasus, kecerdasan anak berkurang akibat kurang stimulus karena orangtua sibuk bekerja.

”Semahal apa pun nutrisi yang diberikan, percuma jika anak kurang distimulus,” tuturnya.

Koordinator Pelayanan Masyarakat, Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran UI, Inge Permadhi, mengatakan, obesitas anak dapat dicegah dengan asupan gizi seimbang sejak bayi. Kecenderungan kini, orangtua banyak memberikan karbohidrat berlebih berupa sukrosa (gula pasir) pada susu.

Gula terbaik untuk anak adalah laktosa (gula susu) pada air susu ibu. Selain tetap dapat dijadikan sumber energi, laktosa memelihara flora usus bayi hingga mampu menahan bakteri jahat dan meningkatkan imunitas. Sebaliknya, sukrosa dapat merusak gigi dan menyebabkan kegemukan. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com