Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Disepelekan, Berikut 5 Jenis Depresi dan Gejalanya

Kompas.com - 26/06/2020, 18:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Hal yang wajar jika sesekali kita merasa sedih. Namun, jika kesedihan yang kita rasakan telah mempengaruhi fungsi sehari-hari, kita harus mewaspadainya.

Kesedihan berlarut-larut hingga mempengaruhi fungsi sehari-hari bisa menjadi indikasi adanya depresi.

Depresi merupakan hal serius dan memerlukan pengobatan khusus. Depresi yang tak segera ditangani bisa membuat penderitanya kesulitan beraktivitas hingga memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Baca juga: Benarkah Minum Kopi Bisa Tingkatkan Kolesterol dalam Darah?

Ternyata, depresi juga memiliki berbagai jenis dengan gejala yang berbeda. Berikut jenis-jenis depresi tersebut:

1. Depresi mayor

Penderita depresi mayor biasanya mengalami suasana hati yang rendah dan kehilangan minat serta kesenangan pada kegiatan yang biasa dilakukannya.

Gejala-gejala tersebut bisa terjadi dialami hampir setiap hari dan berlangsung setidaknya selama dua minggu.

Tentunya, hal ini bisa menganggu fungsi sehari-hari, termasuk pekerjaan dan hubungan sosial.

2. Melankolia

Jenis depresi inu tergolong parah dan menimbulkan gejala fisik. Penderita melakolia biasanya bergerak lebih lambat dan cenderung memiliki suasana hati yang tertekan.

Selain itu, penderita melankolia juga kerap mengalami kehilangan kesenangan dalam segala hal di aspek kehidupannya.

3. Depresi psikotik

Depresi psikotik mengakibatkan penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan dan mengalami psikosis.

Penderita juga kerap mengalami halusinasi atau delusi, seperti percaya bahwa mereka sedang diawasi atau diikuti.

Penderita depresi psikotik juga kerap mengalami paranoid dan merasa seolah-olah semua orang menentang mereka.

Depresi jenis ini juga bisa membuat penderitanya percaya bahwa mereka adalah penyebab penyakit atau peristiwa buruk yang terjadi di sekitar mereka.

Baca juga: Kenapa Jantung Berdebar Setelah Minum Kopi?

4. Depresi antenatal dan postnatal

Wanita berisiko lebih tinggi mengalami depresi selama kehamilan yang dijenak dengan periode depresi atenatal atau prenatal.

Usai persalinan, wanita juga rentan mengalami depresi postnatal, khususnya pada tahun pertama setelah kelahiran bayi.

Penyebab depresi ini sangat kompleks dan seringkali merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor.

5. Depresi Persisten

Depresi persisten biasanya terjadi selama dua tahun atau lebih. Penderita depresi persisten biasanya mengalami hal berikut:

  • selera makan berubah
  • tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
  • kurang energi atau kelelahan
  • tingkat percaya diri yang rendah
  • kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan
  • merasa putus asa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau