Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2020, 12:36 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Minum kopi telah menjadi salah satu gaya hidup yang tidak bisa ditinggalkan. Namun, minum kopi masih sering menjadi pro kontra terkait dengan manfaat dan efek samping jenis minuman ini.

Banyak orang merasa ragu mengonsumsi kopi terkait dengan kondisi kesehatan yang mereka alami.

Salah satu yang merasa ragu minum kopi adalah ibu hamil.

Baca juga: 5 Cara Agar Bisa Tidur setelah Minum Kopi

Sebenarnya, boleh tidak ya ibu hamil minum kopi?

Melansir dari What to Expect, ibu hamil boleh saja minum kopi tapi secukupnya.

Jika di zaman dulu biasanya wanita hamil diminta menghindari konsumsi kopi, penelitian membuktikan hal ini boleh dilakukan tapi tetap dengan batasan.

Beberapa penelitian menemukan jumlah kopi yang aman dikonsumsi ibu hamil.

Pedoman terkini dari American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan para ahli lain mengatakan bahwa aman bagi wanita hamil untuk mengonsumsi hingga 200 miligram kafein sehari, atau sekitar satu cangkir kopi.

Jumlah ini dianggap paling aman karena berada di tingkat rendah untuk risiko keguguran, meskipun belum ada bukti yang meyakinkan.

Kopi mempengaruhi janin

Salah satu ketakutan dari ibu hamil yang enggan minum kopi adalah minuman ini ditakutkan dapat mempengaruhi janin.

Sejauh ini, para ahli mengetahui bahwa kafein dalam kopi, teh, maupun cokelat dapat melewati plasenta.

Dikutip dari American Pregnancy, karena dapat melewati plasenta, kafein yang bersifat stimulan dapat mempengaruhi metabolisme janin yang masih belum matang.

Kafein dalam jumlah berapa pun dapat menyebabkan perubahan pola tidur atau gerakan bayi dalam kandungan.

Baca juga: Mual Setelah Minum Kopi, Begini Baiknya...

Risiko cacat lahir

Ada mitos yang menyatakan bahwa konsumsi kopi oleh ibu hamil dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi.

Sejumlah penelitian pada hewan memang menunjukkan kafein memang dapat menyebabkan cacat lahir, kelahiran prematur, penurunan kesuburan, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau