KOMPAS.com - Pemberian obat glaukoma merupakan salah satu cara untuk mencegah kerusakan mata berlanjut.
Glaukoma adalah masalah penglihatan saat saraf optik yang menghubungkan mata dan otak rusak.
Penyakit glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan pada orang berusia di atas 60 tahun.
Baca juga: 5 Gejala Glaukoma Sesuai Jenisnya
Melansir Mayo Clinic, penyebab glaukoma utamanya berasal dari peningkatan tekanan pada mata karena penumpukan cairan di mata.
Cairan ini dalam kondisi normal dapat mengalur keluar melalui jaringan pada sudut pertemuan antara iris dan kornea mata.
Ketika produksi cairan mata meningkat atau sistem drainase tidak berfungsi optimal, cairan tidak dapat mengalir keluar, dan tekanan mata meningkat. Imbasnya, saraf optik rusak.
Glaukoma umumnya diderita orang yang keluarganya juga menderita penyakit mata sejenis.
Faktor risiko lainnya yakni punya riwatar diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, anemia sel sabit, menderita rabun jauh, dan punya kornea tipis di bagian tengah.
Baca juga: Penyebab Glaukoma dan Cara Mencegahnya
Tanda dan gejala glaukoma tergantung jenisnya. Namun, gejala umumnya antara lain:
Jika tidak ditangani, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Pengobatan yang tepat dapat menghambat dan mencegah kebutaan.
Melansir Glaucoma Research Foundation, obat glaukoma umumnya berupa obat tetes mata dan obat yang diminum.
Baca juga: Apa itu Operasi Lasik Mata?
Berikut beberapa jenis obat mata glaukoma dan efek sampingnya yang perlu diketahui:
Obat mata glaukoma dengan bahan aktif analog prostaglandin antara lain Xalatan (Latanoprost), Lumigan (Bimatoprost), Travatan Z (Travoprost), Zioptan (Tafluprost), dan Vyzulta (Latanoprostene bunod).
Obat glaukoma ini bekerja dengan cara merangsang aliran cairan dari mata agar bisa keluar dengan lancar.
Dilansir dari WebMD, efek samping obat ini umumnya sistemik terkait mata, seperti perubahan warna iris, warna kulit kelopak mata berubah, pandangan kabur, mata pedas, kemerahan, dan gatal.