KOMPAS.com – Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa memiliki beragam perasaan atau emosi.
Bukan hanya itu, anak-anak bisa pula memiliki karakteristik yang khas dan khusus yang dapat membedakan dengan teman sebanyanya.
Para orang tua kiranya perlu mengenali emosi anak dan perkembangannya untuk membantu anak mengasah kecerdasan emosional mereka.
Baca juga: Ini Usia Ideal Anak Mulai Diberikan Pendidikan Seks
Kemampuan anak-anak untuk bereaksi secara emosional sebenarnya sudah ada sejak bayi baru lahir. Reaksi ini bisa ditunjukkan dengan menangis, tersenyum, dan frustasi.
Bahkan beberapa peneliti meyakini bahwa beberapa pekan setelah lahir, bayi dapat memperlihatkan bermacam-macam ekspresi dari semua emosi dasar, termasuk kebahagiaan, perhatian, keheranan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kebosanan sesuai dengan situasinya.
“Anak-anak biasanya belum memiliki ‘vocabulary’ untuk mengemukakan perasaan mereka, sehingga mereka mengomunikasikan perasaan dengan cara-cara lain,” jelas dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ (K), Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak & Remaja RS Pondok Indah–Bintaro Jaya, Selasa (8/6/2021).
dr. Anggia menyampaikan, para orang tua perlu menyadari bahwa anak-anak terkadang dapat mengekspresikan perasaan mereka melalui perilaku yang tidak tepat dan menimbulkan masalah.
Setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2-6 tahun, anak-anak pra-sekolah pada kenyatannya sudah bisa merasakan cinta dan mempunyai kemampuan untuk menjadi anak yang penuh kasih sayang, dapat merasakan anak lain yang sedang sedih, serta mulai merasa bersimpati, ingin menolong.
Baca juga: 12 Gejala GERD pada Bayi dan Anak yang Perlu Diwaspadai
Tapi, anak pra-sekolah cenderung baru dapat mengekspresikan satu emosi pada satu waktu. Mereka belum dapat memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan.
Menurut dr. Anggia, baru pada tahap usia sekolah (6-12 tahun), kemampuan kognitif anak-anak ini mulai berkembang. Di mana, mereka dapat mengekspresikan emosinya lebih bervariasi dan terkadang dapat mengekspresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda, bahkan bertolak belakang.
Anak mulai mengetahui kapan harus mengontrol ekspresi emosi sebagaimana juga mereka menguasai keterampilan regulasi perilaku yang memungkinkan mereka menyembunyikan emosinya dengan cara yang sesuai dengan aturan sosial.
Sementara, ketika anak berusia 12 tahun ke atas, mereka sudah mampu menganalisis dan mengevaluasi cara mereka merasakan atau memikirkan sesuatu.
Begitu juga terhadap orang lain, anak yang hampir memasuki masa remaja ini, sudah dapat merasakan bentuk empati yang lebih dalam.
dr. Anggia menuturkan, perbedaan dalam perkembangan emosi anak ini membutuhkan perhatian khusus agar anak memiliki kemampuan meregulasi atau mengatur emosi mereka dengan tepat.
Baca juga: 6 Bahaya Obesitas pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Untuk melatih anak agar memiliki kecerdasan emosional yang baik, dr. Anggia menyampaikan, memang memerlukan tahapan dan waktu yang tidak sebentar.