Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/03/2022, 15:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Akromegali adalah kondisi langka ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon pertumbuhan, menyebabkan jaringan tubuh dan tulang tumbuh lebih cepat.

Kondisi ini seiring waktu dapat menyebabkan tangan dan kaki besar secara abnormal, serta berbagai gejala lainnya.

Akromegali umumnya didiagnosis pada orang dewasa berusia 30 hingga 50 tahun, tapi dapat menyerang orang dari segala usia.

Baca juga: Mengenal Dwarfisme, Kondisi yang Ganggu Pertumbuhan Manusia

Apabila kondisi ini berkembang sebelum akhir masa pubertas, istilah yang digunakan adalah ‘gigantisme’.

Gejala

Beberapa gejala dan tanda-tanda akromegali dapat meliputi:

  • pembengkakan jaringan lunak di tangan dan kaki (tanda awal)
  • tulang yang membesar di tengkorak, wajah, rahang, tangan, dan kaki
  • nyeri sendi
  • tangan kesemutan
  • sakit kepala
  • celah terbentuk di antara gigi, menyebabkan ‘gigitan buruk’
  • keringat berlebihan atau kulit berminyak
  • kelemahan otot
  • perubahan suara
  • apnea tidur (tubuh berhenti bernapas dalam beberapa waktu singkat saat tidur)
  • pembesaran jantung (kardiomegali)
  • kulit tebal dan berminyak dan bau badan yang kuat
  • pertumbuhan kulit
  • pertumbuhan rambut berlebih
  • suara serak
  • lidah dan bibir membesar
  • mendengkur saat tidur
  • perubahan penglihatan, seperti hilangnya penglihatan perifer (samping).

Penyebab

Akromegali terjadi karena kelenjar pituitari (kelenjar seukuran kacang polong tepat di bawah otak) menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan.

Baca juga: Gigantisme

Kondisi tersebut biasanya disebabkan oleh tumor non-kanker di kelenjar pituitari yang disebut adenoma.

Sebagian besar gejala akromegali disebabkan oleh kelebihan hormon pertumbuhan itu sendiri, tapi beberapa berasal dari tumor yang menekan jaringan di dekatnya.

Sebagai contoh, sakit kepala dan masalah penglihatan jika tumor tersebut menekan saraf di sekitarnya.

Akromegali dapat bersifat herediter (diturunkan dalam keluarga), tapi dalam kebanyakan kasus didapatkan secara spontan karena adanya perubahan genetik dalam sel kelenjar pituitari.

Perubahan ini menyebabkan adanya pembelahan abnormal dari sel dan menciptakan tumor.

Dalam beberapa kasus yang lebih jarang, akromegali juga dapat disebabkan oleh tumor di bagian lain dari tubuh, seperti paru-paru, pankreas, atau bagian lain dari otak.

Kondisi ini juga dapat berkaitan dengan beberapa kondisi genetik.

Diagnosis

Dokter akan bertanya terkait gejala dan melakukan pemeriksaan fisik.

Beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis akromegali dan memeriksa komplikasi, yaitu:

  • gula darah
  • hormon pertumbuhan
  • faktor pertumbuhan seperti insulin 1 (IGF-1)
  • prolaktin
  • rontgen tulang belakang
  • MRI otak, termasuk kelenjar pituitari
  • ekokardiogram
  • kolonoskopi
  • studi tidur.

Baca juga: 6 Makanan yang Membantu Pertumbuhan Otak Anak

Beberapa tes lain mungkin dilakukan untuk memeriksa jika sisa kelenjar pituitari bekerja secara normal.

Seringkali, tes penekanan hormon pertumbuhan diperlukan. Hal ini melibatkan pengambilan darah dari vena 4 atau 5 kali selama 2 jam sebelum dan sesudah minum larutan gula dalam jumlah tertentu.

Glukosa dan hormon pertumbuhan diukur dalam darah.

Perawatan

Beberapa penanganan umum untuk akromegali, yaitu:

  • pembedahan: operasi bergantung pada ukuran dan lokasi tumor, bertujuan untuk mengangkat semua tumor yang menyebabkan kelebihan produksi hormon pertumbuhan
  • obat: obat injeksi seperti analog somatostatin dapat membantu mengatur kadar hormon sehingga memperbaiki gejala
  • terapi radiasi: membantu menurunkan kadar pertumbuhan saat obat-obatan tidak efektif. Digunakan peralatan khusus untuk menargetkan tumor dengan sinar radiasi. Bekerja secara perlahan dengan beberapa kursus perawatan berjeda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com