Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/03/2022, 07:06 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Keadaan vegetatif persisten adalah saat seseorang terjaga, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran.

Kondisi ini adalah diagnosis neurologis spesifik saat seseorang dengan batang otak yang berfungsi tanpa memiliki kesadaran atau fungsi kognitif.

Individu dalam keadaan tidak sadar dan tidak responsif tidur dan terjaga secara bergantian, tapi tidak dapat berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan di sekitarnya.

Baca juga: Waspadai Kejang Terus-menerus dapat Sebabkan Orang Mengalami Koma

Seseorang dengan keadaan vegetatif persisten atau untuk waktu yang lama dapat dianggap sebagai:

  • keadaan vegetatif berkelanjutan jika sudah berlangsung lebih dari empat minggu
  • keadaan vegetatif permanen apabila sudah berlangsung lebih dari enam bulan dengan cedera otak non-traumatik, atau lebih dari 12 bulan jika oleh cedera otak traumatik.

Jika seseorang telah terdiagnosis dengan keadaan vegetatif permanen, pemulihan dapat menjadi sangat sulit, tapi masih memungkinkan.

Gejala

Seseorang dengan batang otak berfungsi tanpa memiliki kesadaran atau fungsi kognitif dapat:

  • mengatur pernapasan dan detak jantung tanpa bantuan
  • membuka mata
  • memiliki siklus tidur-bangun
  • memiliki refleks dasar
  • menggerakkan mata, berkedip, menangis mengerang, mendengus, atau tampak tersenyum.

Mereka tidak dapat:

  • mengikuti objek dengan matanya
  • menanggapi suara atau perintah verbal
  • berbicara atau berkomunikasi melalui berkedip atau isyarat
  • bergerak dengan tujuan
  • berinteraksi dengan lingkungan sekitar
  • menunjukkan tanda-tanda emosi
  • Menunjukkan tanda-tanda kesadaran.

Baca juga: Koma

Keadaan vegetatif berbeda dengan:

  • keadaan sadar minimal: berada dalam siklus sadar dan tidak sadar
  • koma: tidak terjaga atau sadar
  • mati otak: kerusakan pada otak dan batang otak secara kategoris tidak dapat diubah
  • sindrom terkunci: sadar dan sepenuhnya sadar, tapi sepenuhnya lumpuh dan tidak dapat berbicara.

Penyebab

Keadaan vegetatif dapat terjadi saat otak besar rusak parah (membuat fungsi mental terganggu), tetapi sistem aktivasi retikuler masih berfungsi (membuat penderita masih dapat terjaga).

Sistem aktivasi retikuler mengontrol jika seseorang terjaga. Sistem ini terletak jatuh di dalam bagian atas batang otak (bagian otak yang menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang).

Beberapa penyebab umum keadaan vegetatif dari kerusakan otak yang parah, yaitu:

  • cedera kepala
  • gangguan yang membuat otak kekurangan oksigen, seperti henti jantung atau henti napas.

Gangguan apapun yang sangat merusak otak seperti pendarahan tak atau infeksi otak dapat mengakibatkan keadaan vegetatif.

Diagnosis

Diagnosis keadaan tidak sadar dan tidak responsif membutuhkan:

Baca juga: Kisah M. Habib Shaleh, Lahir Kembali setelah Koma Cedera Olahraga

  • adanya siklus tidur-bangun
  • tidak ada ekspresi bahasa atau pemahaman
  • tidak ada bukti respons yang berkelanjutan, dapat direproduksi,bertujuan, atau sukarela terhadap stimulasi penglihatan, suara, penciuman, atau sentuhan batang otak yang berfungsi.

Beberapa tes uji yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis seseorang dalam keadaan vegetatif:

  • CT atau MRI untuk membedakan infark iskemik, pendarahan intraserebral, dan lesi massa yang melibatkan korteks atau batang otak
  • angiografi resonansi magnetik untuk memvisualisasikan pembuluh darah otaksetelah mengecualikan pendarahan otak
  • PET dan SPECT untuk melihat fungsi otak (bukan anatomi)
  • MRI berbobot difusi menjadi modalitas pencitraan pilihan untuk mengikuti perubahan iskemik yang tengah berlangsung di otak.

Apabila diagnosis keadaan vegetatif persisten diragukan, PET, SPECT, atau MRI fungsional harus dilakukan.

Perawatan

Perawatan tidak dapat memastikan pemulihan dari keadaan kesadaran yang terganggu, termasuk keadaan vegetatif.

Sebaliknya, dibutuhkan pengobatan suportif untuk memberikan kesempatan terbaik untuk perbaikan alami, seperti:

  • memberi nutrisi melalui selang makanan
  • memastikan orang tersebut dipindahkan secara teratur agar tidak mengembangkan ulkus dekubitus
  • melatih persendian dengan lembut untuk mencegahnya menjadi kencang
  • menjaga kebersihan kulit mereka
  • mengelola usus dan kandung kemih (dengan menggunakan kateter, misalnya)
  • menjaga kebersihan gigi dan mulut
  • menawarkan kesempatan untuk aktivitas tertentu yang bermakna, seperti mendengarkan musik, menonton tv, diperlihatkan gambar, atau mendengar anggota keluarga berbicara.

Baca juga: Mengantuk Setelah Makan Tanda Kamu Alami Koma Makanan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Health
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau