KOMPAS.com - Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal karena kelebihan hormon pertumbuhan selama masa kanak-kanak.
Perubahan ini paling menonjol dalam hal tinggi badan, tetapi ketebalan badan juga terpengaruh.
Hal itu terjadi ketika kelenjar pituitari anak memproduksi terlalu banyak hormon pertumbuhan, yang dikenal sebagai somatotropin.
Baca juga: Dwarfisme
Diagnosis dini menjadi penting, perawatan yang tepat dapat menghentikan atau memperlambat perubahan abnormal.
Gigantisme sangat jarang terjadi. Penyebab paling umum dari pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebih adalah tumor jinak nonkanker dari kelenjar pituitari.
Melansir Medicine Net, penyebab lainnya antara lain:
Menurut Barrow Neorogical Institute, gejala dari gigantisme yang bisa terjadi adalah:
Baca juga: Mengenal Dwarfisme, Kondisi yang Ganggu Pertumbuhan Manusia
Hubungi dokter segera jika anak memiliki tanda-tanda pertumbuhan yang berlebihan.
Penyedia layanan kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala anak.
Tes laboratorium yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis meliputi:
Tes pencitraan, seperti CT atau MRI scan kepala, juga dapat dilakukan untuk memeriksa tumor hipofisis.
Untuk tumor hipofisis, pembedahan atau operasi dapat menyembuhkan banyak kasus.
Ketika operasi tidak dapat mengangkat tumor sepenuhnya, obat-obatan digunakan untuk memblokir atau mengurangi pelepasan GH atau mencegah GH mencapai jaringan target.
Obat-obatan tersebut adalah:
Baca juga: 3 Asam Amino Esensial yang Paling Berperan untuk Pertumbuhan Otot
Selain itu, pengobatan dengan terapi radiasi juga terkadang digunakan untuk mengurangi ukuran tumor setelah operasi.
Pembedahan dan pengobatan radiasi dapat menyebabkan rendahnya kadar hormon hipofisis lainnya.
Hal ini dapat menyebabkan salah satu kondisi berikut:
Gigantisme tidak dapat dicegah. Perawatan dini dapat mencegah penyakit menjadi lebih buruk dan membantu menghindari komplikasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.