Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Cuaca Panas Ekstrem dan Kesehatan Mental

Kompas.com - 14/08/2023, 09:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA hari terakhir, muncul berita tentang Jambore Pramuka Dunia 2023 di Korea Selatan yang terdampak cuaca panas ekstrem.

Kompas.com (4/8/2023) memberitakan bahwa 43.000 peserta dari 158 negara, menghadapi cuaca panas ekstrem dengan suhu udara mencapai 38 derajat celcius disertai kelembapan tinggi.

Kondisi cuaca ini membuat 400 peserta dibawa ke rumah sakit, dengan gejala sakit kepala dan kelelahan.

Di luar berbagai alasan lain yang membuat pelaksanaan Jambore Pramuka Dunia 2023 dianggap berjalan tidak baik, cuaca panas yang sangat tingggi di tempat perkemahan adalah salah satu alasan yang membuat beberapa negara mengevakuasi kontingen mereka.

Cuaca panas dianggap sangat berbahaya. Beberapa literatur mencatat bahwa cuaca panas ekstrem berpengaruh kepada fisik dan mental manusia.

Suhu udara yang tinggi tidak hanya dapat memengaruhi kebugaran fisik, tetapi juga kesehatan mental kita.

Aryn Baker (16/5/2023), di Time.com, menuliskan bahwa saat suhu udara meningkat, jumlah kasus bunuh diri, kekerasan, dan kriminalitas juga meningkat.

Ia mencatat, dari penelitian, peningkatan suhu udara sebesar satu derajat saja di atas suhu udara normal, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi dan kecemasan.

Tahun 2015, Ding, Berry, dan O’Brien mempublikasikan hasil penelitian mereka terkait dampak cuaca panas ekstrem pada kesehatan mental di Australia.

Hasil penelitian mereka menemukan bahwa semua aspek kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis dapat menurun karena cuaca panas ekstrem.

Hasil yang menarik dari penelitian mereka ialah bahwa secara psikologis wanita ternyata lebih rentan terdampak cuaca panas ekstrem daripada pria.

Tahun 2021, Liu dkk. mempublikasikan artikel penelitian meta analisis mereka. Penelitian ini menganalisis semua publikasi penelitian tentang paparan suhu udara panas dan kesehatan mental periode 1990 hingga 2020 dari seluruh dunia.

Ada lima poin hasil penelitian yang menarik. Pertama, semua penelitian melaporkan bahwa suhu udara panas yang tinggi dapat membuat kesehatan mental menjadi buruk.

Kedua, setiap suhu udara naik 1 derajat celsius, maka akan ada 2,2 persen peningkatan risiko kematian yang terkait dengan kesehatan mental.

Ketiga, setiap suhu udara naik 1 derajat celsius, maka akan ada 0,9 persen peningkatan risiko morbiditas yang terkait kesehatan mental.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau