Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Siapkan Jejaring untuk Ukur Penyebaran Mycoplasma Pneumoniae

Kompas.com - 04/12/2023, 21:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyiapkan jejaring laboratorium untuk mengukur tingkat penyebaran Mycoplasma pneumoniae.

"Kita siapin jaringan laboratoriumnya supaya bisa dites," kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin di Balai Sudirman, Jakarta pada Senin (4/12/2023), seperti yang dilansir dari Antara pada tanggal yang sama.

Budi mengatakan bahwa Mycoplasma pneumoniae atau bakteri atipikal yang menyebabkan infeksi paru-paru itu bukan merupakan jenis penyakit baru.

Baca juga: IDAI: Waspadai Mycoplasma Pneumoniae Tanpa Perlu Panik

Namun, bakteri Mycoplasma pneumoniae sudah lama tidak pernah diukur tingkat penyebarannya di tengah masyarakat.

Saat ini, Kemenkes berupaya melengkapi jejaring laboratorium pendeteksi Mycoplasma pneumoniae dengen pereaksi kimia (reagen) sebagai alat deteksi awal gejala pneumonia akibat bakteri atipikal ini.

"Mycoplasma ini sudah ada sejak lama, tetapi selama ini enggak pernah diukur. Sekarang, kita sudah lihat, kita datangkan reagennya, tetapi ini bukan penyakit baru. Ini sudah ada sejak lama," ungkap Budi.

Baca juga: 4 Gejala Pneumonia karena Mycoplasma pneumoniae dan Cara Mengobatinya

Dokter paru dari Perhimpunan Dokter Paru IIndonesia Erlina Burhan dalam diskusi daring di Jakarta pada Kamis (30/11/2023) mengatakan bahwa Mycoplasma pneumoniae memiliki gejala yang ringan dengan kejadian jarang di Indonesia.

Ia mengatakan bahwa karakteristik wabah yang dikenal sebagai "pneumonia misterius" di China saat ini menunjukkan perbedaan yang signifikan, jika dibandingkan dengan kondisi long Covid-19.

Hingga saat ini informasi mengenai hubungan antara bakteri pneumonia di Indonesia dnegan yang ada di China, kata dia, masih perlu diteliti lebih lanjut untuk pemahaman yang lebih mendalam.

Baca juga: Mengenal Mycoplasma pneumoniae, Bakteri Penyebab Pneumonia

Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi IDAI dr. Rina Triasih, M.Med (Pead), Ph.D, Sp.A (K) dalam siaran pers yang dipublikasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Sabtu (2/12/2023) mengatakan bahwa gejala pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae dapat dicegah dan diobati.

Gejala pneumonia umumnya didahului oleh gejala infeksi saluran napas atas berupa demam, batuk, dan pilek selama 3-5 hari, yang diikuti dengan sesak (napas cepat).

Perilaku hidup bersih sehat, termasuk kebiasaan mencuci tangan dan pemakaian masker, pemberian ASI eksklusif, vitamin A dosis tinggi, nutrisi dengan gizi seimbang, dan vaksinasi lengkap, disebutkan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya pneumonia pada bayi dan anak.

Baca juga: Apakah Pneumonia Bisa Berakibat Fatal? Ini Penjelasannya...

Pada awal November 2023, China melaporkan adanya peningkatan jumlah pasien dengan infeksi saluran pernapasan.

Pada akhir November 2023, dilaporkan adanya kluster dengan “undiagnosed pneumonia” pada anak di China Utara, yang belum jelas apakah kejadian ini berhubungan dengan peningkatan kasus infeksi sistem pernapasan yang dilaporkan sebelumnya, atau merupakan kejadian yang terpisah.

Laporan dari China tersebut mengidentifikasi beberapa bakteri dan virus penyebab pneumonia pada anak tersebut, yaitu Mycoplasma pneumoniae, influenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan SARS COV-2.

Namun, tidak ada informasi terkait derajat keparahan penyakit dan angka kematian akibat penyakit tersebut.

Baca juga: 4 Tahap Perkembangan Pneumonia Beserta Gejalanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com