Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Perilaku Sedentari? Ini Penjelasannya...

Kompas.com - 15/05/2024, 06:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Perilaku sedentari bisa membawa kamu dalam risiko kesehatan serius, jika terus-menerus dilakukan menjadi gaya hidup.

Dikutip dari Physiopedia, gaya hidup sedentari bisa menyebabkan penyakit meliputi, penyakit metabolik (seperti diabetes dan hipertensi), penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit muskuloskeletal (misalnya nyeri lutut dan osteoporosis), dan masalah kesehatan mental.

Pada gilirannya, kematian dini bisa terjadi sebagai dampak berbagai penyakit tersebut.

Merujuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dua juta orang meninggal setiap tahunnya akibat gaya hidup ini, seperti yang dikutip dari Kementerian Kesehatan RI.

Dengan demikian, perilaku sedentari patutlah kamu waspadai. Namun, apa yang dimaksud dengan perilaku sedentari? Berikut artikel ini akan menjelaskannya.

Baca juga: Studi: Gaya Hidup Sedentari Sejak Kecil Bahaya untuk Jantung

Apa itu perilaku sedentari?

Menurut Kemenkes RI tahun 2013, perilaku sedentari adalah perilaku duduk, berbaring sehari-hari, tetapi tidak termasuk waktu tidur, baik di tempat kerja, di rumah, atau di perjalanan/transportasi.

Contoh perilaku sedentari ini adalah berbaring atau duduk dalam waktu lama, seperti:

  • Menonton tv
  • Bermain video game
  • Duduk lama di depan komputer
  • Anak-anak pergi ke sekolah dengan diantar menggunakan kendaraan meskipun jaraknya dekat
  • Perubahan kebiasaan, misalnya orang pergi ke toko atau mini market hanya berjarak beberapa rumah dari tempat tinggalnya menggunakan mobil atau motor.

Dengan kata lain, perilaku sedentari ini adalah gaya hidup orang yang malas atau jarang sekali menggerakkan tubuhnya.

Baca juga: Apa yang Dimaksud Gaya Hidup Sedentari? Berikut Dampaknya...

Dikutip dari Physiopedia, perilaku sedentari secara konseptual dianggap berbeda dari ketidakaktifan fisik biasa.

Perilaku malas ini mengacu pada setiap perilaku yang memiliki karakter dengan pengeluaran energi ≤1,5 setara metabolik (METs), saat dalam posisi duduktau berbaring.

Banyak orang dewasa menghabiskan sekitar 9–10 jam/hari untuk melakukan perilaku sedentari.

Sementara, gaya hidup sedentari mengacu pada perilaku ketika seseorang menghabiskan enam jam atau lebih setiap harinya untuk duduk atau berbaring saja, seperti yang dikutip dari Health Partners.

Oleh karenanya, pemahaman tentang hubungannya dengan dampak kesehatan sangat penting bagi masyarakat umum.

Baca juga: 10 Dampak Gaya Hidup Sedentari yang Mengancam Manusia Modern

Bagaimana gaya hidup sedentari memengaruhi tubuh?

Dikutip dari Medline Plus, ketika Anda terus-menerus memiliki perilaku yang kurang aktivitas fisik, tubuh Anda akan mengalami kondisi berikut:

  • Anda membakar lebih sedikit kalori. Hal ini membuat berat badan Anda lebih mungkin bertambah;
  • Anda mungkin kehilangan kekuatan dan daya tahan otot karena aktivitas sehari-hari Anda tidak terlalu banyak menggunakan otot;
  • Tulang Anda mungkin menjadi lebih lemah dan kehilangan sejumlah kandungan mineral;
  • Metabolisme Anda mungkin menjadi lebih lambat, dan tubuh Anda mungkin mengalami lebih banyak kesulitan dalam memecah lemak dan gula;
  • Sistem kekebalan Anda mungkin tidak berfungsi dengan baik;
  • Sirkulasi darah mungkin lebih buruk;
  • Tubuh Anda mungkin mengalami lebih banyak peradangan;
  • Anda mungkin mengalami ketidakseimbangan hormon.

Demikianlah, dampak gaya hidup sedentari yang harus diwaspadai oleh semua kalangan usia. Sebab, perilaku sedentari kini semakin banyak dilakukan sejak usia anak-anak.

Baca juga: 8 Tanda-tanda Gaya Hidup Sedentari Sudah Memengaruhimu

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau