Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter: Penderita Obesitas dan Hipertensi Tak Disarankan Ikut Maraton

Kompas.com - 06/11/2024, 12:00 WIB
Khairina

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com-Penderita obesitas dan hipertensi yang tak terkontrol sebaiknya tidak mengikuti ajang lari maraton karena dikhawatirkan meningkatkan potensi terjadinya risiko kesehatan yang tidak diinginkan.

Pada penderita obesitas dengan indeks massa tubuh (BMI) di atas 30 yang dikhawatirkan yaitu munculnya problem pada lutut atau cedera pada sistem muskuloskeletalnya.

Dengan berat badan yang tidak ideal, maka seseorang tidak akan mencapai manfaat kesehatan yang efektif apabila memaksakan diri mengikuti maraton.

“Tidak usah ngonyo dulu (memaksakan diri). Makanya, modifikasi gaya hidup. Sembari berolahraga yang lain, PR lain dikerjakan seperti defisit kalori, kurangi kolesterol, dan sebagainya. Semua itu sejalan, mengikuti semua,” kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Detrianae, Sp.JP(K), seperti ditulis Antara, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Apa yang Harus Dikonsumsi Agar Fit Sebelum Maraton? Ini Kata Ahli

Detrianae menyarankan penderita obesitas untuk memilih jenis olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuhnya.

Jika berat badan ideal sudah tercapai dan kapasitas fungsionalnya sudah ideal, maka pasien diperbolehkan untuk berolahraga dengan intensitas yang lebih tinggi.

Obesitas merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap tercetusnya penyakit diabetes melitus.

Detrianae juga mengingatkan, calon pelari maraton harus berada dalam kondisi kadar gula darah yang terkontrol.

Oleh sebab itu, penting bagi calon pelari untuk melakukan tes kesehatan (medical check up/MCU) setidaknya dua bulan sebelum lomba maraton.

Ia menyebutkan, kadar gula darah dalam kondisi normal dengan indikator HbA1c yaitu di bawah 5,7 persen.

Indikator normal lainnya, kadar gula darah puasa kurang dari 126 mg/dL dan kadar gula darah setelah makan kurang dari 140 mg/dL.

Ia mengatakan, pelari yang mengalami hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah 70 mg/dL serta hiperglikemia atau kadar gula lebih dari 140 mg/dL dikhawatirkan pingsan bahkan hingga berujung pada serangan jantung atau henti jantung (cardiac arrest).

“Kalau diabetes, dia sudah minum obat, sudah dapat insulin misalnya, sudah stabil, itu boleh. Jadi dia harus cek dulu. Jangan sampai tiba-tiba olahraga, minum obat, tidak makan, terus dia hipoglikemi, lalu pingsan. Nah, itu berbahaya sekali,” katanya.

Baca juga: Dokter Sebut Remaja dengan Gangguan Haid dan Obesitas Waspada PCOS

Pada dasarnya, semua jenis olahraga dapat meningkatkan tekanan darah, denyut jantung, dan frekuensi pernapasan.

Namun pada penderita hipertensi, Detrianae mengingatkan agar calon pelari dapat mencapai kondisi yang terkontrol terlebih dahulu yaitu tekanan darah di bawah 140/90 mmHg saat dilakukan MCU.

Halaman:
Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Detik-detik Puncak Gerhana Bulan Total "Blood Moon", Saat Bulan Berubah Merah Darah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau