Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan Gen Pencegah Hipoksia

Kompas.com - 11/01/2012, 09:06 WIB

Jakarta, Kompas - Ketahanan terhadap hipoksia, yaitu kondisi udara kurang oksigen, ternyata dikendalikan oleh gen kunci hypoxia-inducible factor-1 alpha. Daya tahan ini berbeda antara satu individu dan individu lainnya.

Latihan menghadapi kondisi kurang oksigen (hipoksia) yang terkendali dan berulang dapat meningkatkan ketahanan otak menghadapi kurang oksigen yang berat dan fatal. Pelatihan ini akan memberi efek positif dalam kondisi nyata ketika pilot mengemudikan pesawat terbang serta mencegah mereka terkena serangan jantung dan stroke.

Demikian paparan dr Letkol Wawan Mulyawan dalam disertasi doktornya berjudul ”Analisis Respons Adaptasi Jaringan Otak Pascainduksi Hipoksis Hipobarik Intermiten pada Tikus: Kajian Khusus terhadap Ekspresi Hypoxia-inducible factor-1 alpha”.

”Berdasarkan penelitian ini, sangat mungkin dilakukan seleksi para penerbang secara genetik untuk mendapatkan pilot yang tangguh dalam kondisi hipoksia,” katanya. Latihan berulang di ruang hipobarik dapat mengasah ketahanan mereka terhadap kejadian kurang oksigen di ketinggian tertentu yang dapat terjadi sewaktu-waktu, baik pada penerbang militer maupun sipil.

Dalam sidang yang dipimpin Dr dr Siti Setiati, SpPD, Sekretaris Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Selasa (10/1/2011), Wawan, staf pengajar Ilmu Saraf Penerbangan di FKUI, meraih gelar doktor Ilmu Biomedik dengan predikat cumlaude (IPK 3,93). Pengajuan disertasi dipromotori oleh Prof dr Mohamad Sadikin, DSc. Tim penguji diketuai oleh Prof dr RM Padmosantjojo, SpBS.

Dalam induksi hipoksia hipobarik diketahui terjadi perbaikan kerusakan jaringan otak dan peningkatan jumlah pembuluh darah baru di korteks otak. ”Itu akibat faktor gen yang memproteksi kerusakan otak akibat paparan hipoksia hipobarik,” kata Wawan.

Kondisi fisiologis dalam kondisi hipobarik akan diteliti lebih lanjut dengan melihat efeknya pada manusia. Penelitian ini dilakukan pada ruang hipobarik untuk mengetahui sekaligus meningkatkan daya tahan para penerbang tempur terhadap tekanan hipobarik dan gravitasi.

Bagi pilot penerbangan sipil, pelatihan ini bertujuan memberi ketahanan fisik dalam menjalani penerbangan jarak jauh hingga 15 jam tanpa henti. Dampak fisiologis dialami bukan hanya pilot, melainkan juga penumpang karena pada ketinggian 1,5-2,4 km berpotensi terjadi kekurangan oksigen ringan pada penerbangan yang memakan waktu lama.

Penyebab kecelakaan

Efek hipoksia hipobarik yang dialami pilot menjadi penyebab jatuhnya pesawat terbang, antara lain di Amerika Serikat (1999 dan 2003), Australia (2000 dan 2008), serta Yunani (2005). Otoritas terkait Amerika Serikat melaporkan 11 kejadian dekompresi (penurunan tekanan udara dalam kabin) pada pesawat komersial setiap 50.000 jam terbang.

”Pada kondisi hipoksia, awak kabin tanpa disadari mengalami kekurangan oksigen pada otak yang fatal. Ini yang mengawali kecelakaan pesawat yang tragis,” tutur Wawan.

Untuk mencegah kondisi fatal tersebut, diperlukan pelatihan rutin di ruang hipobarik bagi para penerbang militer dan sipil agar tahan terhadap paparan kondisi kurang oksigen yang akut.

Wawan melakukan riset selama hampir empat tahun pada ruang udara bertekanan rendah (ruang hipobarik) di Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa Dr Saryanto TNI AU. Pengujian contoh dilakukan di Laboratorium FKUI dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.(YUN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com