Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya "Screening" Hipotiroid pada Bayi

Kompas.com - 04/06/2012, 11:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kurangnya produksi hormon tiroid pada bayi sejak lahir atau biasa disebut hipotiroid kongenital dapat berakibat fatal. Keterlambatan mengembalikan fungsi tiroid normal pada bayi dapat menyebabkan kerusakan yang menetap pada otak.

Selama kehidupan janin dan awal postnatal, hormon tiroid penting untuk proses pertumbuhan dan perkembagan sistem saraf pusat. Untuk itu, penting artinya memeriksakan fungsi tiroid pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan bila didapatkan kecurigaan gangguan tiroid. Selain itu, program screening bayi baru lahir untuk mendeteksi hipotiroid kongenital juga disarankan sebagai langkah utama pengobatan dan pencegahan.

Menurut spesialis penyakit dalam, konsultan endokrin dan metabolik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM ), dr Pradana Soewondo, semakin lama diagnosis hipotiroid kongenital tertunda, semakin tinggi risiko bayi mengalami retardasi mental dan berbagai macam gejala sisa neurologis, misalnya koordinasi motorik yang buruk, serta ketidakmampuan belajar dan kemampuan pemusatan perhatian yang berkurang.

"Screening hipotiroid kongenital di Indonesia belum sepenuhnya dianut. Masih dalam proses agar bisa diterima," ujarnya saat acara Seminar Awam "Kenali Gangguan Kelenjar Tiroid", Sabtu (2/6/2012) di Ruang Auditorium Rumah Sakit Premier Jatinegara.

Pradana menganjurkan supaya screening hormon tiroid pada anak masuk di dalam standar pelayanan kesehatan. Rendahnya angka kejadian dan mahalnya biaya pemeriksaan diduga menjadi alasan mengapa screening hormon tiroid pada bayi baru lahir belum dimasukkan di dalam standar pelayanan kesehatan.

"Di luar negeri, semua bayi baru lahir diperiksa hormon TSH-nya. Kalau hormon TSH tinggi, maka langsung dikasih obat suplementasi," ungkapnya.

Sebuah penelitian mengungkapkan, bila terapi dimulai sebelum usia 3 bulan, maka anak akan mencapai tingkat kecerdasan rata-rata (IQ) sebesar 89. Angka ini bisa turun sampai 70 bila pengobatan dilaksanakan antara usia 3 dan 6 bulan. Setelah 6 bulan, rata-rata IQ hanya 54.

Pada neonatus, gejala khas hipotiroid sering kali tidak tampak dalam beberapa minggu pertama kehidupan. Hanya 10-15 persen bayi baru lahir hipotiroid yang datang dengan gambaran klinis mencurigakan, yang membuat dokter waspada terhadap kemungkinan hipotiroidisme.

"Kalau ketahuan dari awal, bisa lebih bagus. Tapi tidak akan bisa seperti anak normal. Sekarang kita tinggal membantu anak itu untuk mengembangkan kemampuannya sampai dia bisa menolong dirinya sendiri," ujarnya.

Untuk anak yang sudah didiagnosis dengan hipotiroid, ia harus minum hormon tiroid seumur hidup. Untungnya, pemberian hormon tiroid tidak dengan disuntikkan, tetapi diminum sehingga lebih sederhana. Permasalahan yang sering kali muncul adalah, bagaimana memastikan anak secara rutin mengonsumsi obat tersebut. Efek samping konsumsi obat hampir tidak ada jika dosis yang diberikan pas.

"Kalau seseorang tidak ada sama sekali hormon tiroid, dia tidak bisa hidup. Kalau obat diberhentikan, bisa koma. Jadi, hormon tiroid itu hormon kehidupan," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau