KOMPAS.com - Upaya pencegahan diabetes mellitus (DM), baik dengan promotif maupun preventif ternyata dapat memotong biaya kesehatan hingga 30 persen. Anggaran ini bisa digunakan untuk memperluas dan menggalakkan kegiatan preventif DM di seluruh Indonesia.
Hal ini dikatakan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI), Prof. Hasbullah Thabrany, pada acara laporan Program Blueprint for Change Selasa (3/9) di Jakarta.
"Beban biaya yang dikeluarkan untuk DM setiap tahunnya sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 8 triliun rupiah. Kalau bisa menghemat sampai 30 persen tentu lebih baik," ujarnya.
Perkiraan biaya yang timbul setiap tahun tersebut, lanjut Thabrany, baru meliputi biaya langsung. Belum memperhitungkan biaya yang tidak langsung akibat diabtes seperti kehilangan kesempatan belajar dan bekerja.
Direktur Pelayanan PT. ASKES, Fajriadi Nur menambahkan, pencegahan diabetes sebaiknya tidak hanya sebatas edukasi kepada orang sehat supaya tidak sakit. Tapi juga meliputi bagaimana supaya pasien yang sudah sakit diabetes tidak mengalami komplikasi.
"Kalau sampai komplikasi biaya bisa membengkak sampai 20 kali lipat. Padahal biaya pengobatan DM tanpa komplikasi sudah mencapai Rp 600 ribu sampai Rp 1 juta rupiah sebulan," katanya.
PT. ASKES, lanjut Fajriadi, paling banyak menanggung hingga Rp 10-15 juta rupiah biaya pengobatan DM dengan komplikasi setiap bulannya kepada para peserta.
Ia menjelaskan, nilai total biaya perawatan yang dikeluarkan ASKES untuk para pesertanya yang mengalami DM masuk dalam kategori empat besar. Bersama dengan DM, ada penyakit jantung, gagal ginjal terminal, kanker, dan hipertensi.
Pada 2012 total biaya rawat jalan yang ditanggung PT. ASKES adalah Rp. 253.347.351.569 untuk pengobatan, dan Rp. 103.113.249.659 untuk selain pengobatan. Sementara untuk rawat inap biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 40.192.886.042 untuk pengobatan, dan Rp. 114.705.057.013 untuk selain pengobatan.
Sayangnya, upaya pencegahan belum menjadi opsi kebanyakan masyarakat. Hal ini terlihat pada jumlah peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang dikelola PT. ASKES bekerja sama dengan antara lain PB-PERKENI, IDI, dan dokter layanan primer, yang hanya mencapai 96.897 orang pada 2012.
"Kesadaran ini memang belum tumbuh. Mungkin karena belum sadar bahayanya DM dan pentingnya memeriksakan gula darah," kata Fajriadi.
Padahal Prolanis memberikan beberapa keuntungan. Menurut Fajriadi, Prolanis memungkinkan penderita DM terdaftar di dokter layanan primer terdekat sehingga setiap bulan dokter akan mengingatkan pentingnya memeriksakan gula darah, dan pengambilan obat. Pasien juga bisa mengikuti edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi.
Menurut Hasbullah, masih minimnya kesadaran juga dikarenakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014 belum berjalan. Sehingga tiap orang menanggung biaya pengobatan atas dirinya sendiri.
"Jika JKN 2014 sudah berjalan, biaya pengobatan ditanggung gotong royong melalui iuran premi. Tiap orang tentu ingin mengeluarkan biaya premi sedikit, sehingga harus hidup sehat supaya tidak sakit dan meningkatkan premi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.