Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Resistensi Insulin Bukan Alasan Berhenti "Ngopi"

Kompas.com - 27/09/2013, 16:11 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com
- Banyak penelitian yang menunjukkan manfaat kopi. Namun tidak sedikit pula yang menemukan efek negatifnya. Sejumlah penelitian menyebutkan konsumsi kopi berdampak meningkatkan risiko resistensi insulin.

Hanya saja, penelitian-penelitan tersebut masih menimbulkan pro dan kontra. Ini karena sejumlah penelitian lain menyanggah pendapat bahwa kopi dapat meningkatkan risiko resistensi insulin.

Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana tubuh membutuhkan insulin lebih dari biasanya untuk mengontrol gula darah. Hal ini meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes dan penyakit jantung. Kondisi resistensi insulin juga bisa terpicu karena berat badan berlebih dan obesitas.

Sebuah penelitian berlangsung selama delapan minggu pada 2011 menunjukkan tidak ada perbedaan antara kopi berkafein dan air pada resistensi insulin, sekresi insulin, dan toleransi glukosa. Pada penelitian lain, konsumsi kopi justru memperbaiki penanda glisemia, termasuk sensitivitas insulin dan toleransi glukosa.

Menurut penelitian tersebut, resistensi insulin bukan alasan untuk menghentikan konsumsi kopi. Sebaliknya, konsumsi kopi dalam jumlah yang rasional justru memperbaiki sensitivitas insulin dan penanda toleransi glukosa lainnya.

Secara umum orang yang minum kopi dalam jumlah yang moderat memiliki sensitivitas insulin yang lebih baik daripada mereka yang tidak. Kopi juga merupakan sumber polifenol yang dapat memperbaiki metabolisme karbohidrat.

Psikolog seksual Zoya Amirin mengatakan, ketakutan pada resistensi insulin seharusnya tidak dijadikan alasan untuk menghentikan konsumsi kopi. Alasannya, jika konsumsi dalam jumlah yang tepat, kopi memberikan segudang manfaat, termasuk memperbaiki kehidupan seksual.

"Ya kalau dikonsumsi terlalu banyak, kopi memang memberikan efek merugikan, tapi kalau dibatasi, kopi punya efek mild stimulan yang meringankan rasa lelah dan memperbaiki gairah seks," paparnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Jika diibaratkan, imbuh Zoya, manfaat minum kopi dibandingkan dengan kerugiannya mirip dengan manfaat obat dan efek sampingnya.

"Konsumsi obat dalam jangka waktu lama berisiko merusak ginjal, tapi mengingat manfaat dari obat, hal itu tidak mungkin sampai menghalangi kebutuhan minum obat," ujarnya.

Menurutnya, konsumsi kopi per hari seharusnya tidak lebih dari dua cangkir. Jika sudah berlebihan, misalnya tujuh cangkir sehari, kopi dapat membuat rasa cemas berlebihan, jantung berdetak lebih cepat, bahkan menimbulkan bau tidak sedap pada sperma. Hal ini tentu akan merusak momen bercinta dengan pasangan.

Penelitian lain juga menunjukkan kerugian dari konsumsi kopi terlalu banyak, yaitu meningkatkan risiko kematian di usia muda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau