KOMPAS.com - Jika selama ini makanan berlemak merupakan musuh utama bagi siapapun yang berusaha untuk memangkas berat badannya, namun yang dibuktikan sebuah studi baru justru sebaliknya.
Studi dalam JAMA menyebutkan, makan lebih banyak lemak dalam pola makan rendah karbohidrat merupakan cara terbaik dalam mencegah penyakit kronis seperti obesitas, penyakit jantung, dan diabetes.
David Ludwig, direktur Obesity Prevention Center di Boston Children's Hospital menambah jumlah pakar nutrisi yang menghilangkan anggapan bahwa saat menurunkan berat badan kita perlu mengurangi asupan lemak dan berhati-hati menghitung asupan kalori.
Pendapat terbaru dalam hal pencegahan kegemukan menyebutkan, kenaikan berat badan sebenarnya dipicu oleh pola makan tinggi karbohidrat karena akan menyebabkan kadar gula darah meningkat. Akibatnya, hormon insulin bekerja keras di seluruh tubuh.
"Secara intuitif, kita tahu berat badan tidak akan berkurang dengan hanya makan lebih sedikit dan olahraga lebih banyak. Hanya sebagian kecil orang yang bisa turun berat badan dengan melakukan anjuran itu," kata dia.
Jurnalis Nina Teicholz sekaligus penulis buku The Big Fat Surprise mengatakan, secara umum lemak, khususnya lemak jenuh seringkali disalahkan sebagai penyebab penyakit jantung, obesitas, dan kanker. Padahal lemak jenuh tidak buruk bagi kesehatan.
"Namun jika dilakukan dengan teliti, diet tinggi lemak dan rendah karbohidratlah yang paling baik untuk melawan obesitas, diabetes, dan penyakit jantung," papar dia.
Menurut Jonathan Bailor, penulis buku The Calorie Myth, mulai sekarang orang perlu berhenti memikirkan kuantitas kalori dan melihat kualitas dari makanan. Kalori bukan hanya kalori. Menggunakan kalori sebagai panduan makan sama halnya seperti menggunakan tinggi badan untuk mengukur kecerdasan.
Ludwig mengatakan, epidemi obesitas di dunia merupakan hasil dari pemilihan makanan yang salah. "Kita harus melupakan paradigma rendah lemak. Beberapa makanan dengan kandungan lemak yang tinggi seperti avokad, kacang, dan minyak zaitun merupakan makanan tersehat yang harus dimakan," kata dia.
Lebih lanjut, Ludwig menjelaskan, makan berlebihan harus dilihat sebagai manifestasi dari obesitas, bukan akar penyebabnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.