Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2014, 08:12 WIB
Heru Margianto

Penulis


The time to repair the roof is when the sun is shining.

- John F. Kennedy

 

KOMPAS.com - Menjelang akhir tahun 2014 Bank Dunia mengumumkan penurunan proyeksi pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atas tiga negara yang terjangkit wabah Ebola yaitu Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. Laporan ini dikeluarkan setelah Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengunjungi Afrika Barat selama dua hari untuk mengkaji dampak virus mematikan tersebut di kawasan.

“Wabah Ebola telah melumpuhkan ekonomi tiga negara tersebut,” demikian laporan yang dirilis Bank Dunia seperti dilaporkan BBC, Selasa (2/12/2014). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, 5,987 orang tewas karena virus Ebola di tiga negara tersebut.

Padahal, di semester pertama tahun ini ketiga negara itu membukukan pertumbuhan yang cepat. Sebelum krisis, pertumbuhan ekonomi Liberia diprediksi mencapai 5,9 persen. Pada Oktober proyeksi pertumbuhannya turun menjadi 2,5 persen dan menjadi 2,2 persen pada bulan Desember.

Sierra Leone, sebelum krisis diperkirakan tumbuh 11,3 persen, turun menjadi 8 persen pada Oktober, dan 4 persen di bulan Desember. Sementara, Liberia dari 6,8 persen menjadi 2,4 persen dan 0,5 persen.

Tahun depan, Bank Dunia memprediksi ketiga negara itu akan mengalami resesi dengan pertumbuhan ekonomi negatif.

Kesehatan dan pertumbuhan ekonomi

Kesehatan dan pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan yang erat. Berbagai kajian menyebutkan, negara-negara dengan kondisi kesehatan yang buruk menghadapi tantangan yang berat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.

Konfereseni WHO di Bangkok, Thailand, pada tahun 2002 menyatakan, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa pada tingkat mikro sangat ditentukan oleh perilaku hidup sehat individual dan keluarga.

Individu yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik, produktif, dan memiliki peluang lebih baik untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi. Sementara, pada tingkat makro, masyarakat yang sehat merupakan pondasi yang penting bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang baik.

Itulah kenapa Bank Dunia yang memiliki visi untuk menyejahterakan warga dunia memberi perhatian serius pada persoalan kesehatan masyarakat.

Indonesia memang tidak menghadapi wabah virus mematikan ini. Namun, Indonesia mengalami betapa masalah kesehatan berdampak pada kerugian ekonomi. Masalah kesehatan di Indonesia yang berdampak pada kerugian ekonomi terkait dengan buruknya sanitasi. 

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA Seorang warga Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta, mencuci pakaian di aliran Sungai Ciliwung yang keruh dan penuh sampah. Indonesia masih buruk dalam masalah sanitasi dan akses terhadap air bersih. Warga miskin akhirnya mengesampingkan persoalan kebersihan dan kesehatan hidupnya.

Sanitasi di Indonesia

Menurut laporan Bank Dunia, pada tahun 2006 Indonesia mencatat kerugian sebesar Rp 56 triliun rupiah atau setara dengan 2,3 persen PDB akibat buruknya sanitasi dan hygiene. Dalam laporan yang bertajuk "Economic Impacts of Sanitation in Indonesia" itu disebutkan, sanitasi yang buruk menyebabkan setidaknya 120 juta peristiwa keterjangkitan penyakit dan 50 ribu kematian.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau