JAKARTA, KOMPAS.com – Masalah pada penglihatan seseorang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya adalah kornea mata yang rusak. Rusaknya kornea mata bisa mengaburkan penglihatan hingga kebutaan.
Sayangnya, kornea yang sudah rusak tidak dapat dibuat kembali normal. Dibutuhkan donor kornea atau kornea orang lain jika ingin mengganti kornea Anda yang telah rusak karena infeksi, cedera kornea, hingga penyakit degeneratif. Caranya, yaitu dengan transplantasi kornea atau cangkok kornea.
Dokter spesialis mata Setiyo Budi Riyanto mengatakan, transplantasi kornea merupakan pembedahan pada mata untuk mengganti kornea yang rusak atau tidak berfungsi dengan kornea baru dari donor.
Sejauh ini, teknik transplantasi kornea yang digunakan adalah dengan Penetrating Keratoplasty. Tindakan ini dilakukan dengan mengganti seluruh lapisan kornea pasien dengan kornea donor. Namun, teknik ini menimbulkan resiko penolakan mata pasien terhadap kornea baru cenderung lebih tinggi. Tak hanya itu, proses penyembuhannya pun lebih lama.
Teknik terbaru, lanjut Setiyo, yaitu dengan Lamellar Kerostaplasty. Teknik ini hanya mengganti kornea yang rusak sehingga tidak mengganti seluruh lapisan kornea. Seperti diketahui, lapisan kornea pada mata manusia mencapai lima lapis.
“Dengan teknologi mutakhir ini, kita bisa lakukan lapis demi lapis untuk membuat kornea menjadi jernih. Teknik ini meningkatkan ketajaman mata yang sebelumnya keruh karena gangguan kornea,” ujar Setiyo di sela-sela Pre Meeting Cornea Workshop di Jakarta Eye Center (JEC), Kedoya, Jakarta, Kamis (8/1/2014).
Lamellar Kerostaplasy telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2008. Sayangnya, belum banyak dokter spesialis mata di Indonesia yang bisa melakukan teknik ini. Ahli transplantasi kornea di dunia asal Amerika Serikat dokter Anthony J Aldave pun didatangkan ke JEC untuk mentransfer ilmu tersebut kepada para ophtalmologi di Indonesia
Menurut Anthony, masa pemulihan transplantasi kornea dengan teknik Lamellar lebih singkat dibanding transplantasi konvensional. Teknik ini hanya membutuhkan sedikit jahitan saat proses transplantasi.
“Dengan teknik ini pemulihan pasien hanya tiga bulan, mata sudah kembali seperti biasa. Sedangkan, teknik konvensional membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk pasien benar-benar pulih ,” kata Anthony.
Anthony menjelaskan, dengan hanya mengganti kornea yang rusak, proses adaptasi terhadap kornea baru pun menjadi lebih mudah sehingga resiko penolakan lebih minim.
Ia mengatakan, teknik ini bisa dilakukan pada kornea mata anak-anak hingga orang lanjut usia. Ia mengaku pernah menangani pasien temuda yaitu usia 10 tahun dan pasien tertuanya berusia 98 tahun.