Dalam sebuah survei yang dilakukan di AS terhadap 432 anak usia 5-13 tahun terungkap, 72 persen anak menunjukkan perilaku negatif yang terkait dengan stres dalam 12 bulan terakhir.
Perilaku negatif yang ditunjukkan anak dan dirasakan orangtua antara lain anak jadi lebih sering berdebat atau membantah, lebih sering menangis, rewel, serta anak tampak cemas.
Gejala fisik yang terkait stres pada anak antara lain anak mengeluhkan sakit kepala, sering sakit perut, kesulitan tidur atau bermimpi buruk, serta kehilangan nafsu makan.
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak tidak akan mengeluh ia sedang stres. Namun, disadari atau tidak oleh orangtua, stres pada anak-anak menjadi hal yang banyak dialami.
"Sepertinya anak-anak zaman sekarang mengalami kejadian stres lebih sering dibanding sebelumnya. Sebagai orangtua dan juga dokter anak, saya merasakannya," kata Sandra Hassink, President American Academy of Pediatrick.
Walau sebagian besar orangtua menduga sekolah dan pekerjaan rumah (53 persen), serta pergaulan (51 persen), sebagai sumber stres, tetapi para ahli mengatakan sumber kecemasan anak adalah lingkungan mereka di rumah.
Keluarga yang mengalami masa-masa sulit, seperti masalah keuangan, ada anggota keluarga yang sakit berat, kematian anggota keluarga atau teman, perceraian, dan situasi emosional lainnya, bisa menularkan stresnya pada seluruh anggota keluarga.
"Anak-anak mengenali dan menyerap stres yang dirasakan orangtuanya. Orangtua seharusnya tahu stres mereka akan berpengaruh pada anak-anak juga," katanya.
Perundungan (bullying) adalah sumber stres lainnya pada anak. Anak yang mengalami perundungan cenderung memiliki masa yang sulit di rumah. Mereka biasanya juga memiliki perilaku negatif, seperti membantah atau berbohong. Gejala fisik lain yang dialami anak antara lain sakit perut dan sakit kepala.
Pereda stres
Untuk mengurangi tekanan yang dirasakan anak, mayoritas orangtua membiarkan anak mereka bermain video games atau menonton televisi. Namun menurut Hassink melakukan kegiatan yang sifatnya sendiri seperti itu tidak sehat.
Kegiatan yang bersifat kreatif seperti berolahraga, membaca, main musik, atua bermain dengan teman di waktu luang, bisa membantu anak mengurangi rasa stresnya. Selain itu, tentu saja orangtua harus meluangkan waktunya bersama anak.
"Kegiatan yang membantu anak memiliki daya tahan kuat terhadap stresnya harus dilakukan bersama orangtuanya, misalnya main bersama, bersepeda, atau memasak. Kegiatan itu akan meninggalkan kenangan indah dan membuat anak bisa menghadapi stresnya," ujarnya.
Bangun ikatan dengan anak setiap hari. Pastikan orangtua memiliki waktu luang dengan anak tanpa teralihkan oleh gadget sehingga komunikasi lebih lancar dan dalam.
Jaga rutinitas yang sehat untuk anak, misalnya waktu tidur yang tetap. Selain itu berilah anak waktu luang di mana ia bisa beristirahat, main, membaca, atau melakukan hal yang ia sukai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.