Face shield adalah alat pelindung diri (APD) penutup wajah mirip perisai yang dibuat dari plastik transparan.
Alat ini telah lama digunakan dokter dan perawat untuk tindakan medis seperti operasi dan tes swab.
Seperti dilaporkan New York Times (24/5/2020), Pemerintah Singapura membekali murid dan guru dengan face shield saat masuk sekolah pada Juni 2020.
Kebijakan sejenis juga diterapkan di Philadelphia dan California AS saat kegiatan belajar dan mengajar dimulai dalam waktu dekat.
Lantas, apakah masyarakat juga perlu mengenakan face shield saat beraktivitas di luar rumah?
Face shield dapat mencegah penularan virus corona
Ahli penyakit menular dari University of Iowa, AS, Dr. Eli Perencevich berpendapat, face shield dapat mengurangi penularan infeksi penyakit, termasuk Covid-19 yang disebabkan virus corona.
Langkah pencegahan penularan penyakit efektif dijalankan dengan berbagai catatan.
Di antaranya, pemangku kebijakan meningkatkan tes covid-19 massal dan gencar melacak kontak pasien positif corona, serta masyarakat aktif jaga jarak dan rajin membersihkan tangan.
Menurut Perencevich, face shield dapat melindungi masyarakat seperti para petugas medis yang rentan tertular virus corona.
Berbeda dari masker, alat ini dianggap dapat melindungi seluruh bagian wajah, termasuk mata, hidung, dan mulut.
Selain itu, face shield juga dianggap lebih praktis digunakan ketimbang masker.
Perencevich menyebut, banyak orang tidak mengenakan masker dengan cara yang benar, sehingga pencegahan penularan penyakit jadi tidak efektif.
Karena transparan, face shield relatif nyaman digunakan untuk bernapas dan bisa membantu orang yang bergantung pada pembacaan bibir untuk berkomunikasi.
Sama seperti masker, face shield perlu dilepas saat makan di kantin atau warung.
Saat digunakan, APD ini juga memiliki celah dari bagian samping atau bawah yang tidak rapat.
Kondisi ini memungkinkan partikel kecil seperti virus masih bisa masuk dari dari celah tersebut.
Hal ini berbeda dari masker yang bisa menutup rapat area hidung dan mulut ketika digunakan dengan benar.
Face shield tidak dapat menggantikan masker
Tidak semua ahli sependapat agar masyarakat mengenakan face shield di ruang publik.
Dokter spesialis penyakit menular dari NYU Winthrop Hospital AS, Bruce Polsky, MD, menyampaikan, face shield digunakan petugas medis sebagai perlindungan ekstra selain masker.
"Face shield bukan pengganti masker, tapi perlindungan ekstra dari kontaminasi penyakit," jelas Polsky, seperti dilansir Health (29/5/2020).
Menurut Polsky, face shield sangat penting bagi petugas kesehatan untuk menekan risiko penyebaran penyakit saat harus menangani pasien penyakit menular dari jarak dekat.
Pendapat senada disampaikan Charles Bailey, MD, dokter spesialis pencegahan infeksi dari St. Joseph Hospital dan Mission Hospital California AS.
Menurut Baliley, face shield lebih diperuntukkan sebagai APD bagi petugas kesehatan, yang tidak memungkinkan untuk menjaga jarak aman saat menangani pasien.
Masyarakat umumnya tidak terpapar kontak berisiko tinggi, sehingga cukup menggunakan masker dan tidak membutuhkan perlindungan ekstra seperti face shield.
"Prinsipnya, saat semua orang menggunakan masker, semua orang terlindungi," jelas Dr. Polsky.
Dr. Bailey punya saran jika disuruh menganjurkan masyarakat untuk menggunakan masker atau face shield di tempat umum.
"Pilih masker untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona, terutama orang tanpa gejala," kata dia.
Kendati demikian, masyarakat dipersilakan mengenakan face shield sebagai perlindungan ekstra saat beraktivitas di luar rumah.
Asalkan, tetap sadar untuk memprioritaskan APD ini bagi petugas kesehatan yang lebih membutuhkan.
https://health.kompas.com/read/2020/05/29/163000168/perlukah-menggunakan-face-shield-untuk-cegah-corona-